Hukum Islam Memandang Generasi Algoritmik: Saatnya Kita Hidup Pakai Nilai

muslimX
By muslimX
4 Min Read

Di zaman sekarang, yang menentukan selera banyak orang bukan lagi hati atau pikiran, tapi algoritma. Apa yang kita lihat, dengar, bahkan bicarakan semuanya sudah  dipilihkan oleh mesin. Kita disuguhkan apa yang sedang ramai, yang lagi viral, yang punya banyak views. Dan tanpa sadar, kita pun ikut: ikut gaya, ikut kata-kata, ikut pola pikir.

Inilah yang disebut oleh sebagian orang sebagai “Generasi Algoritmik”. Sebuah generasi yang hidupnya dikendalikan oleh apa yang muncul di layar, bukan oleh prinsip yang tumbuh di dalam dada.

Coba kita renungkan sebentar. Dalam satu hari, berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk scroll media sosial tanpa arah? Berapa banyak opini yang kita telan mentah-mentah hanya karena semua orang bilang itu keren? Kita jadi takut kalau gak relate. Takut kalau gak tahu topik yang lagi ramai. Takut dibilang “nggak update.”

Lalu akhirnya, kita pelan-pelan jadi bagian dari arus itu. Kita mulai menyamakan jati diri dengan standar yang ditentukan orang lain. Padahal dalam hati, kita sadar gak semua tren itu cocok buat kita. Nggak semua yang ramai itu benar. Dan gak semua yang viral itu punya nilai.

Allah SWT mengajarkan kita untuk hidup dengan kesadaran, bukan ikut-ikutan.

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isra: 36)

Ayat tersebut menegaskan bahwa kita harus berpikir. Harus tahu dulu apa yang kita lakukan, ikuti, dan percayai karena semua itu kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Kita gak bisa bilang, “Saya ikut-ikut aja.” Allah gak menerima alasan itu.

Dan Nabi SAW pernah bersabda:

“Janganlah salah seorang dari kalian menjadi ‘Imma’ah’, yang berkata: ‘Aku bersama orang-orang. Jika mereka baik, aku ikut baik. Jika mereka buruk, aku ikut buruk.’ Tapi kokohlah dengan prinsip kalian.” (HR. Tirmidzi)

Ini pesan penting buat kita: Jangan cuma jadi pengikut tren. Tapi jadilah pemilik prinsip. Kita boleh update. Kita boleh tahu tren. Tapi kita gak boleh kehilangan arah. Karena di tengah dunia yang terus berubah, kita butuh sesuatu yang tetap: yaitu nilai hidup yang kita pegang.

Boleh kok pakai outfit yang stylish, tapi pastikan masih dalam batas syar’i.
Boleh juga ikut challenge, tapi pilih yang gak merusak harga diri atau keimanan.
Boleh banget bikin konten, asal bukan dengan merendahkan orang lain demi views.

Kita harus bisa bilang: “Aku tahu tren ini lagi ramai, tapi aku gak harus ikut kalau itu gak mencerminkan siapa aku.” Itulah makna sebenarnya dari “I’m not one of them.”
Bukan karena kita merasa lebih baik, tapi karena kita tahu siapa diri kita.

Punya waktu tanpa layar. Luangkan waktu untuk refleksi, untuk nanya ke diri sendiri: “Aku ini siapa, dan mau ke mana?”. Belajar menunda ikut-ikutan. Lihat dulu tren itu bermanfaat atau tidak. Sesuai gak dengan nilai kita?. Bangun prinsip dari sekarang. Prinsip itu seperti akar pohon. Kalau kuat, kamu gak akan mudah tumbang meski angin tren datang silih berganti. Ikut lingkungan yang sehat. Teman dan circle punya pengaruh besar. Kalau circle-mu sehat, kamu akan saling menguatkan untuk jadi lebih bernilai.

Jadi, di tengah dunia yang didesain untuk membuat semua orang berpikir dan berperilaku seragam, jadilah seseorang yang punya warna sendiri. Karena viral itu sementara. Tapi nilai hidup yang benar, akan menyelamatkan kita selamanya. Dan saat kelak kita berdiri di hadapan Allah, yang ditanya bukan berapa banyak followers kita, tapi seberapa lurus langkah kita*

Share This Article