muslimx.id – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, secara resmi membuka The 49th Indonesian Petroleum Association Convention and Exhibition (IPA Convex) di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu pagi. Ajang energi tahunan bergengsi ini mengusung tema “Shaping Indonesia’s Energy Future: Strengthening Investment, Sustainability, and Innovation”, yang menegaskan komitmen Indonesia memperkuat sektor energi melalui kolaborasi dan inovasi berkelanjutan.
Dalam sambutannya, Presiden Prabowo menekankan pentingnya ketahanan energi nasional dan peran strategis sektor minyak dan gas dalam mendukung pembangunan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat. Ia juga menyerukan kolaborasi yang seimbang antara investor asing dan pelaku industri nasional dengan tetap menjaga prinsip keberlanjutan dan kepedulian terhadap lingkungan.
“Kita ingin pembangunan energi yang tidak hanya efisien dan menguntungkan, tetapi juga adil dan berkelanjutan,” ujar Presiden.
Jika ditinjau dari sudut pandang Islam, pengelolaan sumber daya alam seperti minyak dan gas tidak sekadar dimensi ekonomi, tetapi mencerminkan tanggung jawab spiritual dan moral. Islam memandang bumi dan segala isinya sebagai amanah dari Allah SWT, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi…” (QS. Al-Baqarah: 30)
Konsep kekhalifahan menuntut manusia untuk mengelola bumi dengan prinsip keadilan (‘adl), keberlanjutan (istidām), dan kemaslahatan umum (maslahah). Oleh karena itu, eksploitasi sumber daya alam tidak boleh dilakukan dengan cara serakah atau hanya menguntungkan penguasa tertentu, tetapi harus mendatangkan manfaat yang luas bagi rakyat.
Dalam pengelolaan sektor strategis seperti energi, ancaman korupsi, kolusi, dan nepotisme menjadi bahaya laten yang dapat merusak tatanan masyarakat dan mencederai amanah. Islam secara tegas mengharamkan perbuatan korupsi dan menganggapnya sebagai pengkhianatan besar terhadap kepercayaan umat.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Lebih tegas lagi, dalam konteks penyelewengan yang berlindung di balik agama, Islam memperingatkan bahwa pelaku yang menyalahgunakan simbol agama untuk keuntungan pribadi tidak hanya berkhianat kepada umat, tetapi juga mempermainkan ajaran Allah. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 174, Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah dari Kitab, dan menjualnya dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak memakan ke dalam perutnya melainkan api.”
Praktik ini sering terjadi dalam bentuk penyalahgunaan dana umat, korupsi atas nama pembangunan sosial atau keagamaan, dan manipulasi proyek berbasis agama. Ketika sumber daya nasional, termasuk migas dikelola secara tidak amanah, atau hanya dinikmati oleh segelintir kelompok dengan dalih “untuk kesejahteraan umat”, maka telah terjadi penghianatan ganda: terhadap negara dan terhadap Tuhan.
Islam juga menekankan pentingnya keadilan distribusi kekayaan. Maka, hasil sektor migas tidak boleh hanya menjadi angka dalam neraca negara atau keuntungan korporasi, tetapi harus benar-benar terasa manfaatnya oleh masyarakat luas, termasuk kelompok marginal. Nilai-nilai zakat, infak, dan wakaf dalam Islam dapat menjadi panduan dalam membangun sistem energi yang inklusif dan berkeadilan.
Pembukaan IPA Convex ke-49 oleh Presiden Prabowo bukan sekadar simbol dimulainya pertemuan industri energi, tetapi juga bisa menjadi momentum refleksi nasional: Bagaimana kita sebagai bangsa, dan sebagai umat manusia, mengelola karunia sumber daya alam ini? Apakah dengan amanah dan tanggung jawab spiritual? Atau dengan rakus dan penuh pengkhianatan?
Karena pada akhirnya, sejarah akan mencatat bukan hanya siapa yang mengebor dan menambang, tetapi siapa yang menjaga keseimbangan dan menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya.