muslimx.id – Di tengah meningkatnya tensi sosial dan konflik berbasis agama di berbagai belahan dunia, banyak pihak mendorong pentingnya dialog antaragama sebagai solusi damai untuk mengurangi polarisasi di masyarakat. Dialog ini menjadi ruang terbuka bagi pemuka agama, tokoh masyarakat, dan umat beragama untuk saling memahami, menjalin empati, dan meredam prasangka.
Di Indonesia, misalnya, yang dikenal dengan keragaman agama dan budaya, dialog antariman menjadi kebutuhan yang semakin mendesak. Ketika perbedaan dikelola dengan bijak, masyarakat justru bisa menjadi lebih kuat dan bersatu dalam kemajemukan.
Islam Mendorong Dialog dan Toleransi
Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin tidak hanya mengajarkan kebaikan bagi umatnya sendiri, tetapi juga menggarisbawahi pentingnya hidup berdampingan secara damai dengan pemeluk agama lain. Al-Qur’an menegaskan:
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi kamu karena agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah: 8)
Ayat ini menegaskan bahwa berbuat baik dan adil terhadap pemeluk agama lain adalah bagian dari ajaran Islam, selama mereka tidak memusuhi atau menindas kaum Muslimin.
Rasulullah dan Praktik Toleransi dalam Kehidupan
Sejarah mencatat bahwa Rasulullah ﷺ adalah teladan utama dalam menjalin hubungan antarumat beragama. Dalam Piagam Madinah, beliau mengakui eksistensi komunitas Yahudi dan suku-suku lain sebagai bagian dari masyarakat kota Madinah yang majemuk. Piagam tersebut menegaskan bahwa setiap kelompok memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam menjaga perdamaian dan keadilan.
Dalam satu kesempatan, saat jenazah seorang Yahudi lewat di depan Rasulullah ﷺ, beliau berdiri. Ketika para sahabat bertanya, beliau menjawab:
“Bukankah dia juga manusia?” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini memperlihatkan nilai penghormatan yang sangat tinggi terhadap sesama manusia, tanpa memandang latar belakang agama.
Manfaat Dialog Antaragama dalam Menghindari Polarisasi
Polarisasi sosial sering terjadi karena kurangnya pemahaman dan komunikasi. Dialog antaragama menjadi jembatan yang memungkinkan umat saling bertanya, menjelaskan keyakinan masing-masing, dan mencari titik temu kemanusiaan.
Dalam konteks masyarakat modern yang kerap terpecah oleh isu identitas, dan informasi yang menyesatkan, dialog terbuka ini memperkuat kohesi sosial dan toleransi. Di sinilah peran tokoh agama sangat penting, bukan hanya sebagai pemimpin rohani, tetapi juga penjaga persatuan dan nilai-nilai kemanusiaan universal.
Islam Menyeru kepada Hikmah dan Musyawarah
Dalam menyampaikan ajaran dan berdiskusi dengan pihak lain, Islam memerintahkan untuk bersikap bijaksana. Allah SWT berfirman:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An-Nahl: 125)
Ayat ini memberikan dasar kuat bahwa berdialog harus dilakukan dengan akhlak mulia, bukan dengan kebencian atau arogansi. Tujuannya bukan untuk menang debat, melainkan untuk menciptakan pemahaman yang damai.
Penutup: Membangun Peradaban Lewat Dialog
Dialog antaragama bukanlah bentuk kompromi terhadap akidah, melainkan bagian dari perintah agama untuk menjaga perdamaian, menghargai hak orang lain, dan menebarkan rahmat. Dalam pandangan Islam, setiap manusia adalah ciptaan Allah yang memiliki hak hidup, dihormati, dan dihargai.
Di era globalisasi yang sarat tantangan identitas, umat Islam perlu tampil sebagai pelopor kedamaian dan keteladanan dalam dialog antaragama. Melalui pendekatan yang bijaksana dan penuh kasih, polarisasi dapat diredam, dan masyarakat dapat dibangun di atas dasar persatuan dan saling pengertian.
Karena sejatinya, Islam datang bukan untuk memecah, tapi untuk menyatukan dalam keadilan dan kasih sayang.