Ketika Penjaga Menjadi Pemangsa, Serukan Keadilan dan Perlindungan bagi Korban Kekerasan

muslimX
By muslimX
4 Min Read

muslimx.id – Tragedi kemanusiaan kembali mencoreng wajah institusi hukum di Indonesia. Seorang anggota Polsek Wewewa Selatan, NTT, Aipda PS, diduga memperkosa korban pemerkosaan yang tengah melapor ke kantor polisi. Peristiwa ini terjadi di ruang yang seharusnya menjadi tempat aman dan adil bagi semua warga negara.

Bagi Partai X, kasus ini bukan hanya soal penyimpangan oknum, melainkan bukti nyata keruntuhan moral dan sistemik dalam tubuh aparat hukum. Anggota Majelis Tinggi Partai X, Rinto Setiyawan, menyebut peristiwa ini sebagai alarm kehancuran sistem perlindungan rakyat.

“Ketika korban datang mencari keadilan lalu justru dicederai oleh penegak hukum, maka bukan hanya hukum yang rusak, tapi juga kepercayaan rakyat terhadap negara,” ujar Rinto.

Islam: Melindungi yang Lemah, Bukan Membiarkan Mereka Dizalimi

Dalam Islam, tindakan melukai atau menzalimi orang yang lemah — terutama korban kekerasan  merupakan dosa besar yang tidak hanya mengundang murka Allah, tetapi juga menjadi tanda keruntuhan moral suatu masyarakat.

Allah SWT berfirman:

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra: 32)

Lebih tegas lagi, Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya hancurnya umat sebelum kalian karena jika orang terpandang di antara mereka mencuri, mereka membiarkannya. Tetapi jika orang lemah mencuri, mereka menegakkan hukuman atasnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam Islam, keadilan tidak boleh dibeli atau dibengkokkan oleh pangkat dan jabatan. Hukum ditegakkan atas dasar kejujuran dan perlindungan terhadap yang tertindas.

Negara Harus Menjadi Wakil Keadilan, Bukan Pelindung Kejahatan

Partai X menegaskan bahwa dalam pandangan Islam, negara adalah wakil amanah rakyat. Ketika aparat menjadi pelaku kekerasan, maka negara telah menyimpang dari fungsinya.

“Pemimpin yang adil akan mendapat naungan Allah di hari kiamat,” sabda Nabi ﷺ dalam hadis riwayat Bukhari.

Partai X mengingatkan, pemimpin yang membiarkan kekerasan seksual dalam institusi negara adalah pemimpin yang melanggar titah Ilahi.

Solusi Islam: Tegakkan Hukum, Pulihkan Korban, Bersihkan Sistem

Dalam rangka menyelamatkan sistem hukum dari kerusakan moral, Partai X mengajukan langkah konkret sesuai prinsip Islam:

  1. Qishas Sosial dan Hukum – Pelaku harus dihukum secara adil dan terbuka. Tidak ada perlindungan bagi pelaku hanya karena seragam dan pangkat.
  2. Pemulihan Psikologis Korban – Korban adalah amanah umat. Negara wajib menyediakan ruang pemulihan yang manusiawi dan empatik.
  3. Audit Moral Institusi – Seluruh lembaga penegak hukum harus dibersihkan dari aparat yang menjadikan kekuasaan sebagai alat pemangsaan.
  4. Keteladanan dan Pendidikan Akhlak – Melalui Sekolah Negarawan, Partai X menyiapkan aparat yang menempatkan keadilan sebagai bentuk ibadah, bukan sekadar tugas administrasi.

Islam dan Negara: Bersama dalam Menegakkan Keadilan

Islam menempatkan keadilan di jantung ajaran. Sebuah negara hanya akan diberkahi jika pemimpinnya menegakkan keadilan, terlebih terhadap mereka yang paling lemah.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu menetapkannya dengan adil.” (QS. An-Nisa: 58)

Penutup: Jangan Diam, Lawan Kejahatan yang Bersembunyi di Balik Seragam

Tragedi di Wewewa Selatan adalah pengingat keras bahwa kita butuh revolusi moral, bukan sekadar reformasi struktural. Islam tidak pernah mentoleransi penindasan, apalagi dari mereka yang seharusnya menjaga.

“Barang siapa yang melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu juga, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Partai X menyerukan: Jangan biarkan kejahatan tersembunyi di balik lambang negara. Negara harus kembali menjadi pelindung, bukan pemangsa. Sebab, sebagaimana dalam Islam  kemuliaan suatu bangsa tidak diukur dari kekuatan militernya, tetapi dari seberapa adil ia memperlakukan yang paling lemah di antara mereka.

Share This Article