muslimx.id – Dalam kuliah umumnya di hadapan perwira TNI, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menekankan pentingnya interoperabilitas infrastruktur agar dermaga, landasan, dan jalan bisa digunakan secara bersama oleh militer dan sipil. Ia juga menggarisbawahi bahwa perang hari ini tidak lagi semata fisik, tapi juga digital, bahkan sistemik, dengan dominasi kecerdasan buatan (AI).
Namun, kritik datang dari Partai X yang mempertanyakan, “Apa arti interoperabilitas jika ketahanan sosial rakyat masih rapuh?” Kritik ini relevan jika kita pandang melalui kaca mata Islam, yang menempatkan keadilan, pelayanan terhadap rakyat, dan pemihakan pada kaum tertindas sebagai kewajiban utama negara.
Negara Menurut Islam: Penjaga Amanah, Bukan Proyek-Proyek
Menurut Partai X pemerintah bukanlah manajer proyek, tapi pelayan rakyat. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka membangun dermaga, bandara, atau teknologi AI bukan kesalahan, tetapi menjadi keliru jika dilakukan dengan mengabaikan kebutuhan primer rakyat: pendidikan, kesehatan, air bersih, harga pangan, dan keadilan sosial.
Islam mengajarkan bahwa maslahah (kemaslahatan umum) adalah dasar kebijakan publik. Infrastruktur boleh dibangun, tetapi harus menjawab kebutuhan riil rakyat, bukan demi kebanggaan elit atau demi proyek-proyek yang tak membumi.
Prioritas Islam: Dari Pinggiran, Bukan Pusat Saja
Al-Qur’an menyebut prinsip distribusi keadilan dalam QS. Al-Hasyr ayat 7:
“… supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.”
Maka kebijakan infrastruktur yang berpihak hanya kepada pusat-pusat kota, pusat kekuasaan, atau pangkalan militer tanpa menyentuh wilayah seperti Papua, Kalimantan pedalaman, dan Nusa Tenggara, adalah pengkhianatan terhadap prinsip keadilan dalam Islam.
Pembangunan infrastruktur yang islami adalah yang menyeimbangkan kekuatan fisik negara dan kesejahteraan rakyat, dari pusat hingga pinggiran. Sebab negara tidak hanya membangun jalan, tetapi juga peradaban.
Ketahanan Sosial: Pilar Pertahanan Menurut Islam
Islam menganggap ketahanan sosial sebagai bagian tak terpisahkan dari kekuatan negara. Rasulullah ﷺ membangun Madinah bukan hanya dengan persenjataan, tetapi dengan ikatan ukhuwah, penghapusan riba, distribusi harta, dan jaminan pangan.
Ketahanan sosial meliputi:
- Akses pendidikan yang merata
- Distribusi ekonomi yang adil
- Pelayanan kesehatan dan air bersih
- Kehidupan yang layak bagi fakir miskin
Negara yang membiarkan anak-anak belajar di bawah atap bocor, petani kelaparan, dan warga antre air bersih, api bangga membeli drone dan AI pertahanan telah keliru menafsirkan makna kekuatan dalam Islam.
Solusi Islam: Keadilan sebagai Akar Pembangunan
Menyambung kritik Partai X yang menuntut “Audit Keadilan Infrastruktur” dan “Platform Interoperabilitas Sosial,” Islam memberikan solusi yang jauh lebih menyeluruh:
- Wakaf dan Baitul Mal untuk pemerataan pembangunan infrastruktur sosial (sekolah, rumah sakit, jembatan).
- Pemimpin amanah, bukan pemimpin teknokrat yang hanya paham efisiensi, tapi buta terhadap penderitaan rakyat.
- Hisbah (pengawasan publik) agar anggaran negara tidak bocor ke korupsi dan mark-up proyek.
- Desentralisasi kesejahteraan, bukan hanya desentralisasi birokrasi.
Negara Bukan Menara Beton, Tapi Pelayan Umat
Islam tidak menolak pembangunan. Tapi Islam menolak pembangunan yang timpang. Infrastruktur tanpa keadilan sosial hanyalah simbol tanpa jiwa. Interoperabilitas tanpa perhatian pada rakyat miskin adalah jargon kosong yang akan runtuh saat ujian datang.
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil.” (QS. An-Nisa: 58)
Maka hari ini, umat Islam harus bertanya: Apakah negara ini dibangun demi rakyat, atau hanya demi simbol kekuasaan? Apakah interoperabilitas itu untuk menyambungkan militer, atau menyambungkan keadilan dengan seluruh rakyat?