muslimx.id – Di tengah meningkatnya tensi konflik Iran-Israel, sejumlah pejabat negara sibuk berbicara tentang strategi militer dan diplomasi internasional. Wakil Ketua MPR RI Bambang Wuryanto bahkan menyebut perang ini sebagai “pelajaran penting bagi sistem pertahanan Indonesia.”
Namun, Partai X dengan tegas menyuarakan peringatan: jangan sampai isu luar negeri menjadi tameng untuk mengalihkan perhatian dari krisis dalam negeri yang kian mendesak.
“Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)
Anggota Majelis Tinggi Partai X, Prayogi R. Saputra, menyoroti minimnya empati negara terhadap realitas rakyat. Ia menyatakan bahwa terlalu fokus pada analisis global justru bisa membuat negara kehilangan pijakan moral di dalam negeri.
Rakyat Antre Minyak Goreng, Penguasa Sibuk Bicara Rudal
“Ketika rakyat masih antre minyak goreng, listrik naik, dan beras mahal, apa gunanya membahas taktik rudal dan prediksi harga minyak global?” tegas Prayogi.
Menurutnya, negara sedang melakukan kekeliruan fatal jika mengabaikan tanggung jawab mendesak di hadapan rakyat.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Partai X menyebut bahwa keadilan sosial tidak akan lahir dari podium internasional, melainkan dari perhatian nyata terhadap ketimpangan, kemiskinan, dan pendidikan di kampung-kampung dan pinggiran kota.
Solusi Partai X: Mulai dari Dalam, Sebelum Bicara Dunia
Sebagai bentuk komitmen terhadap prinsip rahmatan lil ‘alamin, Partai X mendorong kebijakan prioritas berbasis kepentingan rakyat kecil:
- Ketepatan Distribusi BBM Bersubsidi dan Energi Terjangkau
Negara wajib memastikan subsidi tidak jatuh ke tangan konglomerat, melainkan dinikmati tukang ojek, petani, dan nelayan. - Proteksi Petani dan Reforma Agraria Nyata
Rakyat tak butuh pidato luar negeri—mereka butuh tanah, harga pupuk wajar, dan akses pasar. - Pendidikan dan Ketahanan Pangan sebagai Benteng Krisis
Daripada bicara pertahanan militer, sebaiknya pemerintah memperkuat sekolah dan pasokan beras agar tak mudah goyah oleh krisis global. - Sekolah Negarawan: Mendidik Pemimpin yang Jujur dan Berpihak
Negara butuh negarawan, bukan hanya ahli diplomasi atau militer, tapi yang mampu mengerti jeritan rakyat dan menjawabnya dengan kebijakan.
Islam Mengajarkan: Jangan Abaikan yang Fardhu demi yang Sunah
“Tidaklah sempurna iman seseorang yang tidur dalam keadaan kenyang sementara tetangganya kelaparan.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad)
Prayogi mengingatkan, kesibukan dalam diplomasi luar tanpa pembenahan dalam negeri adalah bentuk kelalaian politik. Negara yang melalaikan penderitaan rakyat sendiri, pada akhirnya, akan kehilangan wibawa di hadapan Allah dan umat.
“Negara hebat bukan karena bisa bersuara lantang di panggung global, tapi karena adil dan berpihak dalam sunyi penderitaan rakyatnya.”