muslimx.id – Jaksa Agung ST Burhanuddin baru-baru ini mengeluarkan ultimatum keras: Jaksa daerah yang lemah dalam menangani korupsi akan dicopot. Pernyataan itu dilontarkan saat kunjungan ke Kejati Maluku Utara, yang dinilai belum menunjukkan semangat nyata dalam penyelamatan uang negara.
Namun pertanyaannya: Apakah pencopotan individual cukup untuk meruntuhkan mafia hukum yang telah berakar?
Islam Tidak Mengenal Keadilan Setengah Hati
Dalam Islam, keadilan bukan sekadar menghukum individu yang lemah, tetapi membangun sistem yang jujur, kuat, dan bebas dari intervensi. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.” (QS. An-Nisa: 58)
Peringatan keras tanpa pembenahan akar adalah seperti menambal atap rumah yang roboh tanpa menyentuh fondasinya.
Bukan Jaksa Saja yang Lemah, Tapi Sistemnya yang Rapuh
Pernyataan dari Partai X bahwa “baru diancam copot, tapi mafia sudah lama lepas” adalah kritik mendalam terhadap kelemahan sistemik. Dalam Islam, keadilan tidak bisa berdiri di atas:
- Intervensi jabatan
- Transaksi kekuasaan
- Ketakutan jaksa menghadapi pejabat
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Celakalah bagi umat yang jika orang mulia mencuri, dibiarkan. Tapi jika orang lemah mencuri, dihukum.” (HR. Bukhari & Muslim)
Penegak Hukum Harus Tangguh, Bukan Tunduk
Islam memandang hakim, qadhi, dan penegak hukum sebagai tiang utama keadilan umat. Maka mereka harus:
- Independen dari pengaruh penguasa
- Transparan terhadap publik
- Tangguh menghadapi tekanan
Umar bin Khattab berkata:
“Aku tidak akan menunjuk orang yang tidak berani berkata benar di hadapanku.”
Di mana jaksa yang berani berkata benar hari ini, jika sistem malah meminggirkan yang jujur dan membiarkan mafia hukum tumbuh bebas?
Bangun Sistem, Bukan Cuma Gertak Pejabat
Jika pemerintah benar ingin bersih, maka Islam menuntut:
- Kepemimpinan yang adil dan takut pada Allah
- Sistem peradilan yang bebas dari politisasi
- Pendidikan integritas sebagai syarat utama jabatan publik
Seperti usulan Partai X: pembentukan jaksa independen dan kaderisasi negarawan bukan hanya usulan penguasa, tapi sejalan dengan spirit Islam untuk mencetak pejabat sebagai amanah, bukan alat tukar kuasa.
Jika Penegak Hukum Lemah, Maka Negara Akan Dipermainkan Oleh Mereka yang Kuat
Islam tidak pernah memisahkan kekuasaan dari akhlak. Jaksa yang takut pada rakyat tetapi tunduk pada pejabat adalah pengkhianat amanah.
“Dan janganlah kamu condong kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka.” (QS. Hud: 113)
Saat mafia hukum masih bebas, dan rakyat kecil tetap takut bicara, maka panggilan keadilan dari Islam masih menggema:
Bukan siapa yang dicopot, tapi siapa yang masih takut kepada Allah ketika memegang kekuasaan.