muslimx.id — Semangat pemberdayaan perempuan yang digaungkan Tri Rismaharini disambut baik oleh Partai X, namun juga dikritisi karena kerap berhenti di tataran retoris tanpa menjawab hambatan struktural. “Kalau benar ingin perempuan berdaya, maka bukakan akses, bukan sekadar ajak bicara,” tegas Diana Isnaini, Anggota Majelis Tinggi Partai X.
Dalam kacamata Islam, peran perempuan sebagai pelaku ekonomi dan penopang keluarga sudah diakui dan dimuliakan sejak masa kenabian. Allah SWT berfirman dalam QS. At-Taubah: 71:
“Dan orang-orang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain…”
Ayat ini menegaskan kesetaraan tanggung jawab sosial dan kontribusi antara laki-laki dan perempuan dalam membangun umat.
Islam Tak Pernah Halangi Perempuan untuk Mandiri
Rasulullah ﷺ sendiri menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, seorang pengusaha sukses. Beliau tak pernah membatasi aktivitas ekonomi Khadijah, justru menghormati dan mendukung usahanya. Maka dalam konteks hari ini, membatasi perempuan dengan hambatan birokrasi, minimnya akses modal, atau keterasingan teknologi adalah bentuk ketertinggalan dari teladan Rasul.
“Sebaik-baik wanita adalah yang menunggangi kuda (bekerja dan aktif), menjaga harga dirinya, dan mendukung suaminya dalam kebaikan.” (Hadis Ma’tsur, dikutip oleh Imam Thabari)
Partai X: Ekosistem untuk Perempuan Akar Rumput Bukan Sekadar Seminar
Partai X menyerukan pendirian Sentra Ekonomi Perempuan (SEP) di tiap kecamatan yang bukan hanya tempat pelatihan, tetapi pusat produksi, digitalisasi produk, dan akses pasar berbasis komunitas. Negara wajib hadir secara menyeluruh dengan anggaran, program, dan keberpihakan nyata terutama bagi perempuan di pedesaan dan daerah pinggiran.
“Kalau dalam Islam saja perempuan dimuliakan sebagai mitra aktif dalam ekonomi dan dakwah, kenapa negara justru membiarkan mereka tertinggal?” ujar Diana.
Penutup: Jangan Sekadar Ajak Bangkit, Tapi Hapus Penghalang Bangkit
Bagi Partai X, perempuan bukan hanya penerima bantuan atau objek inspirasi, tapi pelaku sejarah dan pembangun bangsa. Negara wajib menjalankan perintah Al-Qur’an dan hadits, yaitu memberi jalan kemudahan, bukan memelihara sistem yang mempersulit.
“Dan Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya atasmu.”(QS. Al-Ma’idah: 6)
Perempuan sudah siap bangkit. Sekarang giliran negara yang jangan diam.