Perahu Cak Nun dan Konstitusi Langit: Menjawab Krisis Bangsa dari Petunjuk Ilahi

muslimX
By muslimX
4 Min Read

muslimx.id – Di tengah riuhnya perdebatan dan keruntuhan kepercayaan publik terhadap institusi negara, satu gagasan alternatif mencuat sebagai suara sunyi di tengah bisingnya kepentingan: Perahu Cak Nun. Sebuah simbol, bukan kendaraan fisik, melainkan arah penyelamatan peradaban yang disusun dari nilai-nilai luhursebagaimana dahulu Nabi Nuh membangun perahu bukan untuk kenyamanan, tetapi untuk keselamatan.

Rinto Setiyawan, Ketua Umum Ikatan Wajib Pajak Indonesia dan Wakil Direktur Sekolah Negarawan X Institute, mengemukakan refleksinya tentang krisis kebangsaan melalui tulisan mendalam berjudul “Perahu Cak Nun: Menyelamatkan Peradaban lewat Gagasan Ketatanegaraan.” Ia menggarisbawahi bahwa gagasan transformatif seperti yang diusung Cak Nun bukan sekadar opini, tapi bagian dari misi penyelamatan ruh bangsa.

“Kita tidak sedang hidup di negara gagal. Kita sedang berada dalam bangunan negara yang salah desain,” tegas Rinto.

Seperti Nabi Nuh, Cak Nun Ajak Bangun Peradaban Baru

Rinto mengibaratkan Cak Nun sebagai figur kontemporer yang mengingatkan masyarakat agar tak tenggelam dalam sistem bobrok. Sebagaimana dalam QS. Hud ayat 36–37, Allah memerintahkan Nabi Nuh:

“Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu-Ku, dan jangan engkau bicarakan dengan-Ku tentang orang-orang yang zalim; sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.” (QS Hud: 37)

Ayat ini memberi pelajaran bahwa keselamatan bukan untuk yang ramai di daratan, tapi untuk yang mau mendengar perintah langit dan siap mendayung perahu kebenaran—meski awalnya ditertawakan.

Perahu Cak Nun tidak membawa kayu dan paku, tetapi nilai-nilai Ilahiyah tentang kepemimpinan yang siddiq, amanah, tabligh, dan fathanah. Gagasan tentang “Konstitusi Langit” yang ia sampaikan bukan fiksi spiritual, tetapi rancangan ketatanegaraan berbasis nilai, bukan sekadar prosedur dan jabatan.

Partai X: Gagasan Besar Tak Butuh Mayoritas, Tapi Kebenaran

Menanggapi gagasan ini, Partai X menyatakan bahwa gagasan ketatanegaraan berbasis nilai adalah hal yang urgen di tengah keringnya arah nasional.

“Jangan tunggu banjir merobohkan semuanya baru cari perahu. Negeri ini harus bersiap dari sekarang, membangun struktur yang sesuai fitrah, bukan sekadar kosmetik hukum,” tegas Rinto yang juga menjadi penggagas Desain Ketatanegaraan Baru Indonesia.

Partai X menyatakan bahwa perubahan sejati datang dari keberanian segelintir orang yang naik ke perahu lebih dulu, bukan mereka yang sibuk menjaga kursi di daratan yang rapuh.

Solusi Partai X: Konstitusi Nilai, Bukan Sekadar Pasal

Sebagai tindak lanjut, Partai X mengusulkan beberapa langkah konkret:

  • Pendidikan pemimpin melalui Sekolah Negarawan: mendidik pejabat dan birokrat untuk memahami sebagai amanah, bukan karier.
  • Penyusunan ulang struktur lembaga tinggi negara agar kembali pada prinsip fungsionalitas dan kesucian mandat rakyat.
  • Penerapan “konstitusi langit” sebagai kerangka etik dan spiritual dalam pengambilan kebijakan, bukan sekadar pertimbangan angka dan kuasa.

Kesimpulan: Naik ke Perahu Sebelum Air Naik ke Leher

Dalam penutupnya, Rinto menegaskan bahwa negeri ini bukan hanya perlu pembangunan jalan dan gedung, tetapi jalan pulang ke nilai-nilai langit. Perahu Cak Nun adalah metafora dari visi perubahan sistemik, bukan sektarian.“Naiklah ke perahu ini. Mari kita selamatkan bangsa ini, dengan nilai, dengan gagasan, dan dengan tindakan,” pungkasnya.

Share This Article