muslimx.id – Dalam lanskap yang semakin kompleks dan berat sebelah, suara kaum lemah sering kali terpinggirkan. Retorika keadilan sosial yang digaungkan pemerintah acap kali hanya berhenti sebagai slogan. Namun, budayawan dan pemikir spiritual Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) mengingatkan kita akan panggilan yang jauh lebih mendasar dan mendesak: hidup ini adalah jihad sebuah perjuangan nyata untuk membela kebenaran, memuliakan kemanusiaan, dan menegakkan keadilan struktural.
“Untuk meraih keberkahan dan pertolongan Allah, kita harus berjuang demi mereka yang tertindas dan dilemahkan sistem,” ujar Rinto Setiyawan, Ketua Umum Ikatan Wajib Pajak Indonesia dan Wakil Direktur Sekolah Negarawan X Institute.
Spirit Islam: Membela yang Lemah adalah Tugas Ilahiah
Dalam tradisi Islam, perjuangan membela kaum lemah adalah bentuk ibadah tertinggi. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah:
“Sesungguhnya, Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu menetapkannya dengan adil…” (Q.S. An-Nisa: 58)
Juga dalam sabda Rasulullah SAW:
“Orang yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Ahmad)
Ajaran ini menunjukkan bahwa jihad sosial adalah manifestasi dari iman: berkontribusi nyata demi masyarakat tertindas, memperjuangkan keadilan dalam sistem yang sering kali berat sebelah.
Membangun Struktur Negara yang Bertumpu pada Spiritualitas
Gagasan Cak Nun tentang negara bukan semata soal sistem pemerintahan teknis, tetapi rekonstruksi ruh kenegaraan. Ia menekankan pentingnya karakter kenabian dalam pengelolaan negara:
siddiq (jujur), amanah (terpercaya), tabligh (transparan), dan fathanah (cerdas).
“Ketidakadilan adalah atap bocor yang harus kita perbaiki,” jelas Rinto. “Bukan hanya diperbaiki cat temboknya, tetapi seluruh fondasi sosialnya.”
Negara harus kembali kepada rakyat, bukan sebagai alat kekuasaan penguasa, melainkan rumah spiritual dan sosial yang menampung seluruh cita-cita kemanusiaan.
Tahun 2025: Momentum Jihad Kolektif
Indonesia kini berada di simpang jalan sejarah. Krisis multidimensi yang melanda bangsa ekonomi, hukum, moral menunjukkan rapuhnya fondasi ketatanegaraan. Oleh karena itu, tahun 2025 harus menjadi tahun jihad konstitusional, di mana rakyat bergerak untuk mereformasi total sistem negara.
Firman Allah mengingatkan:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar…” (Q.S. Ali ‘Imran: 104)
Jihad Sosial: Dari Ruang Diskusi ke Medan Aksi
Cak Nun mengajak kita untuk menjadikan forum-forum diskusi, pengajian, dan ruang publik sebagai tarekat sosial,jalur kolektif menuju kesadaran struktural. “Jihad membela kaum lemah adalah jihad tertinggi,” tegas Rinto. Maka, perjuangan ini bukan milik segelintir aktivis atau tokoh saja, melainkan panggilan universal bagi seluruh warga negara.
Penutup: Jadilah Penegak Keadilan, Bukan Penonton Sejarah
Kini bukan waktunya lagi menjadi penonton pasif. Waktunya bertindak. Kedaulatan rakyat bukan hadiah, melainkan hasil perjuangan. Jika sistem ini terus didiamkan, maka kezaliman akan menjadi norma. Namun jika kita bergerak, maka keadilan bukan hanya mungkin, tapi tak terelakkan.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sampai mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.” (Q.S. Ar-Ra’d: 11)