Khutbah Jumat Edisi 18 Juli 2025: Ujian dari Oplosan Beras

muslimX
By muslimX
3 Min Read

Beberapa waktu terakhir, kita menyaksikan kenyataan yang menyayat hati, di mana terjadi oplosan beras makanan pokok mayoritas rakyat negeri ini ternyata telah dioplos oleh tangan-tangan serakah. Lebih dari 200 merek beras ditemukan tidak sesuai mutu, takaran, maupun harga. Ironisnya, pelakunya bukan pedagang kecil di pasar, tetapi perusahaan besar dengan kekuatan modal luar biasa.
Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sebenar-benarnya takwa. Takwa yang memancar dalam amal, adil dalam sikap, dan jujur dalam memegang amanah.

Apakah ini hanya soal beras? Tidak, jama’ah. Ini adalah soal amanah yang dikhianati, soal rakyat yang dimanipulasi, dan soal penguasa yang seolah diam dalam ketidakadilan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan janganlah kamu saling memakan harta di antara kamu dengan jalan yang batil…” (QS. Al-Baqarah: 188)

Oplosan ini bukan hanya mencurangi harga, tapi juga menggerus hak rakyat atas keadilan pangan. Ketika pemerintah negara tidak hadir dalam melindungi warganya, lalu siapa yang menjaga?

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka ketika pemimpin membiarkan mafia pangan bermain, membiarkan perusahaan besar menekan petani, dan membiarkan konsumen tertipu setiap hari, maka itu bukan lagi sekadar kelalaian. Itu adalah pengkhianatan terhadap amanah rakyat.

Jika Tunduk pada Modal, Maka Rakyat Hanya Jadi Angka

Kasus beras oplosan ini seharusnya menjadi tamparan keras bagi kita semua, khususnya para pemegang kuasa. Jika benar-benar berpihak pada rakyat, maka penyelesaian tidak boleh berhenti pada wacana. Harus ada audit terbuka terhadap seluruh merek beras, penegakan hukum tanpa pilih kasih, dan transparansi dalam rantai distribusi pangan, dari petani hingga ke meja makan masyarakat.

Jika harga pangan dikendalikan oleh pemilik uang, sementara petani tetap miskin dan rakyat menanggung beban, maka itu bukan negeri yang adil itu adalah korporasi yang menyaru dalam wajah kekuasaan.

Ingatlah, keadilan sosial adalah bagian dari syariat Islam. Dalam Surah An-Nahl ayat 90, Allah menegaskan:

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil, berbuat kebajikan, dan memberi kepada kaum kerabat…”

Maka jangan biarkan keadilan pangan hanya jadi slogan. Jangan biarkan hukum hanya tegas pada yang lemah. Jangan biarkan narasi populis mengaburkan nurani. Jika pemerintah tidak mulai mengaduk hatinya, maka rakyat hanya akan terus menjadi angka statistik dalam laporan negara.

Penutup Doa dan Harapan 

Mari kita doakan agar para pemimpin negeri ini diberi kekuatan untuk berlaku adil, agar aparat diteguhkan untuk menegakkan hukum dengan jujur, dan agar rakyat tidak lagi menjadi korban dari sistem yang hanya menguntungkan segelintir orang.

“Ya Allah, pimpinlah urusan kami oleh orang-orang yang terbaik di antara kami, dan jangan Engkau serahkan kepada mereka yang jahat di antara kami.”

Aamiin, ya Rabbal ‘alamin.

Share This Article