PAN Usung Figur Muda Zulhas Bilang Bukan Ikut-ikutan, Islam Tanya Apakah Mereka Siap Menjadi Ulil Amri?

muslimX
By muslimX
3 Min Read

muslimx.id  – Tren selebritisasi kekuasaan kembali jadi sorotan. Ketika Partai Amanat Nasional (PAN) mengusung figur muda seperti Verrell Bramasta untuk merangkul pemilih Gen Z, sejumlah kalangan mulai mempertanyakan mengenai apakah ini strategi regenerasi atau sekadar kosmetik kekuasaan?

Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan, menegaskan bahwa pelibatan tokoh muda bukan bentuk ikut-ikutan. “PAN ingin memperkuat gagasan,” katanya, sembari memuji karakter Verrell sebagai bersih dan aktif di isu kepemudaan.

Kekuasaan Bukan Kontes Popularitas

Menanggapi hal itu, Anggota Majelis Tinggi Partai X sekaligus Direktur X-Institute, Prayogi R Saputra, memberikan kritik tajam. Ia mempertanyakan keseragaman wajah-wajah yang tampil, menyindir bahwa kekuasaan kini lebih mirip panggung audisi dibanding arena perjuangan nilai.

“Kalau hanya populer yang dicari, apa bedanya parlemen dengan dunia hiburan?”

Pertanyaan ini bukan sekadar provokasi. Dalam Islam, kekuasaan bukan ruang pencitraan, melainkan medan pertanggungjawaban.

Kepemimpinan dalam Islam: Antara Amanah dan Popularitas

Dalam Islam, kepemimpinan bukanlah hak istimewa yang bisa dibeli dengan ketenaran, tetapi amanah yang kelak dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Rasulullah SAW bersabda:

“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari & Muslim)

Popularitas tanpa kompetensi dan komitmen adalah bentuk tipuan sosial yang bisa melahirkan pemimpin yang lemah di depan masalah, tapi kuat di depan kamera.

Sebagaimana firman Allah:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka itulah sebaik-baik makhluk.” (QS. Al-Bayyinah: 7)

Ayat ini menegaskan bahwa ukuran kepemimpinan bukan tampilan fisik atau jumlah pengikut media sosial, melainkan iman dan amal saleh integritas dan kontribusi nyata.

Jangan Pilih Pemimpin Karena Wajahnya, Tapi Karena Jiwanya

Partai X melalui lembaga kaderisasi seperti Sekolah Negarawan mendorong proses yang berbasis nilai. Tidak cukup hanya memiliki ketenaran mengenai seorang calon pemimpin harus memahami realitas umat, adil dalam berpikir, dan amanah dalam bertindak.

Rasulullah SAW bersabda:

 “Tidak akan berjaya suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada orang yang bukan ahlinya.” (HR. Bukhari)

Fenomena mengusung figur muda populer tanpa kapasitas adalah bentuk penyimpangan dari nilai ini. Memilih pemimpin bukan sekedar gaya, tapi soal nasib umat.

Kesimpulan: Politik dalam Islam Bukan Soal Wajah, Tapi Amanah dan Akhlak

Kebangkitan umat tidak akan lahir dari politik kosmetik. Islam mengajarkan bahwa pemimpin adalah pelayan rakyat, bukan tokoh idol yang menebar pesona tapi miskin gagasan. Allah SWT menyeru:

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka bersabar dan meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As-Sajdah: 24)

Sudah saatnya partai politik berhenti mengejar viralitas dan kembali menegakkan nilai. Karena kelak, bukan polling yang ditanya oleh Allah, tapi pertanggungjawaban atas setiap keputusan yang berdampak pada umat.

Share This Article