muslimx.id – Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) kembali menjadi sorotan publik setelah biaya membengkak hingga 7,27 miliar dolar AS atau sekitar Rp118,9 triliun, dengan pembengkakan tambahan 1,2 miliar dolar AS. Utang besar ini kini menjadi bom waktu yang dikhawatirkan berakhir dibebankan pada rakyat melalui pajak dan kebijakan fiskal lainnya.
Publik mempertanyakan mengapa proyek yang sejak awal digadang-gadang sebagai kebanggaan nasional justru kini menghadirkan beban finansial yang mengancam kesejahteraan masyarakat. Jika rakyat dipaksa menanggung utang akibat salah kelola, maka itu merupakan bentuk ketidakadilan yang nyata.
Islam: Pemimpin Wajib Menanggung, Bukan Melempar Beban
Islam menegaskan bahwa jabatan adalah amanah yang kelak dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Seorang pemimpin adalah pengurus rakyat, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dipimpinnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Ayat Al-Quran pun menegaskan kewajiban untuk berlaku adil dan tidak mengkhianati amanah:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.”
(QS. An-Nisa: 58)
Membebani rakyat dengan utang yang bukan mereka buat adalah bentuk pengkhianatan terhadap prinsip amanah dan keadilan.
Jangan Biarkan Rakyat Jadi Tumbal Gengsi
Infrastruktur seharusnya menjadi jalan pembebasan ekonomi rakyat, bukan alat untuk membebani mereka demi proyek prestisius. Rasulullah SAW mengingatkan keras tentang bahaya pemimpin yang menelantarkan rakyatnya:
“Tidaklah seorang pemimpin yang memimpin rakyat, kemudian ia mati dalam keadaan menipu rakyatnya, melainkan Allah haramkan surga atasnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan betapa beratnya dosa seorang pemimpin yang cuci tangan dari tanggung jawab, sementara rakyat dibiarkan menanggung akibatnya.
Penutup: Negara Wajib Hadir untuk Rakyat
Utang proyek kereta cepat adalah cermin kegagalan tata kelola yang lebih mementingkan gengsi daripada kepentingan rakyat. Islam menegaskan, pemimpin adalah pelayan umat yang wajib memikul beban, bukan melemparkannya kepada rakyat.
Negara sejati hadir untuk melindungi dan menyejahterakan rakyat. Bila justru sebaliknya, maka itu adalah pengkhianatan terhadap amanah, konstitusi, dan perintah Allah SWT.