DPR Sepi Saat Aksi, Rakyat Teriak, Islam Ingatkan: Diamnya Pemimpin Bisa Jadi Dosa Kolektif

muslimX
By muslimX
3 Min Read

muslimx.id  — Gedung DPR tampak sepi saat aksi unjuk rasa digelar di Senayan. Wakil Ketua Baleg DPR, Martin Manurung, menjelaskan hal itu karena anggota DPR sedang menjalani jadwal kunjungan kerja rutin pada hari Kamis. 

Menurut Martin, sejak lama jadwal DPR dibagi: rapat Senin–Rabu, kunjungan Kamis, lalu ke daerah pemilihan Jumat–Minggu. Ia menegaskan kesepian gedung tidak ada kaitannya dengan unjuk rasa rakyat.

Kritik Partai X: Gedung Ramai, Hati Kosong

Anggota Majelis Tinggi Partai X, Rinto Setiyawan, menyebut kondisi sepinya gedung DPR ketika rakyat sedang aksi berteriak adalah paradoks kebangsaan.

“Wakil rakyat seharusnya hadir saat rakyat bersuara, bukan justru absen dengan alasan jadwal formal. Tugas negara ada tiga yaitu melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat. Bukan melarikan diri dari rakyat,” tegasnya.

Partai X menilai absennya wakil rakyat adalah bukti jurang antara rakyat dan lembaga legislatif makin lebar. Gedung megah hanyalah “panggung kosong” bila hati para pejabatnya tidak bersama rakyat.

Islam Mengingatkan: Pemimpin Wajib Hadir untuk Umat

Islam menegaskan, seorang pemimpin adalah pelayan rakyat, bukan penguasa yang bebas dari tanggung jawab. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Pemimpin adalah penggembala, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas gembalaannya.” (HR. Bukhari & Muslim)

Al-Qur’an juga memperingatkan:

“Dan janganlah kamu berpaling dari manusia dengan muka yang sombong, dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.” (QS. Luqman: 18)

Ketidakhadiran wakil rakyat saat suara rakyat menggema adalah bentuk pembiaran. Dalam pandangan Islam, itu termasuk pengkhianatan terhadap amanah.

Solusi Partai X: Kembalikan DPR Jadi Rumah Rakyat

Partai X menawarkan langkah penyembuhan bangsa. Di antaranya:

  1. Musyawarah kenegarawanan nasional melibatkan intelektual, ulama, TNI/Polri, dan budayawan.
  2. Amandemen kelima UUD 1945 untuk mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat.
  3. Reformasi hukum berbasis kepakaran, agar keadilan tak bisa dibeli.
  4. Transformasi birokrasi digital untuk memutus jalur korupsi.
  5. DPR harus hadir dalam setiap momentum rakyat, bukan bersembunyi di balik jadwal formalitas.

Penutup: Rakyat Butuh Wakil, Bukan Boneka

Partai X menegaskan rakyat tidak membutuhkan gedung parlemen yang megah namun kosong makna. Yang dibutuhkan adalah wakil rakyat yang benar-benar hadir dan berpihak.

Sebagaimana dalam Islam, kepemimpinan adalah amanah, bukan kemewahan. Wakil rakyat sejatinya bukan hanya duduk di kursi empuk, tapi juga memikul beban pertanggungjawaban di hadapan manusia dan di hadapan Allah. 

Ketika kekuasaan dijalankan tanpa keberpihakan pada yang lemah, maka hilanglah ruh keadilan yang menjadi inti dari pemerintahan yang diridhai-Nya. Semoga para pemimpin senantiasa ingat bahwa setiap kebijakan akan dipertanggungjawabkan, bukan hanya di dunia, tetapi juga di akhirat.

Karena sebaik-baik pemimpin adalah mereka yang paling takut kepada Allah dan paling jujur kepada rakyatnya.

Share This Article