Khutbah Jumat Edisi 5 September 2025: Sikap Islam terhadap Aksi Unjuk Rasa

muslimX
By muslimX
3 Min Read

muslimx.idAkhir-akhir ini kita menyaksikan berbagai aksi unjuk rasa rakyat di jalanan. Aksi itu muncul bukan tanpa sebab, melainkan karena rasa sakit hati atas kebijakan pemerintah yang dinilai menyeleweng ada korupsi, ada ketidakadilan hukum, ada keputusan yang lebih menguntungkan segelintir kelompok daripada rakyat banyak.

Dalam pandangan Islam, kemarahan hingga aksi unjuk rasa rakyat terhadap kezaliman bukanlah hal yang tabu. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Pemimpin itu laksana penggembala, dan setiap penggembala akan dimintai pertanggungjawaban atas gembalaannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Artinya, ketika pemimpin menyeleweng dari amanah, rakyat berhak mengingatkan, bahkan menegur. Namun, Islam juga mengajarkan agar cara kita menyampaikan protes tetap dalam koridor akhlak, tidak merusak, tidak anarkis, dan tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar.

Allah ﷻ mengingatkan dalam Al-Qur’an (QS. An-Nisa: 58):

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil…”

Maka keadilan adalah fondasi kemerdekaan. Ketika pemimpin berlaku adil, rakyat akan tenang. Tapi jika pemimpin berkhianat, rakyat akan marah. Dan marah itu adalah tanda bahwa nurani masih hidup.

Dalam Islam: Kewajiban Rakyat Menegur Penguasa yang Menyelewang

Islam mengajarkan keseimbangan antara hak rakyat untuk menegur dan kewajiban rakyat menjaga ketertiban. Unjuk rasa yang dilakukan dengan damai, teratur, dan bertujuan menuntut keadilan adalah bagian dari amar ma’ruf nahi munkar. Namun jika berubah menjadi kerusuhan, perusakan, dan permusuhan, maka itu keluar dari ajaran Islam.

Di sisi lain, pemimpin wajib bercermin. Jangan menganggap suara rakyat sebagai gangguan, tetapi sebagai pengingat. Umar bin Khattab r.a. pernah berkata:

“Tidak ada kebaikan pada kalian jika kalian tidak mau menyampaikan kritik kepada kami, dan tidak ada kebaikan pada kami jika kami tidak mendengarkan kritik itu.”

Maka khutbah ini menjadi pengingat: rakyat harus menyalurkan aspirasi dengan cara yang bermartabat, sementara pemimpin harus memperbaiki diri dan kebijakan, agar keadilan benar-benar tegak.

Penutup: Doa dan Harapan 

Ya Allah, Tuhan Yang Maha Adil, kami memohon kepada-Mu bimbingan dan pertolongan. Ampunilah dosa-dosa kami, dosa kedua orang tua kami, dan dosa para pemimpin kami.

Ya Allah, jadikanlah negeri ini negeri yang aman, tentram, penuh keberkahan, dan jauh dari fitnah serta perpecahan.

Ya Allah, bimbinglah para pemimpin kami agar mereka jujur, adil, dan amanah. Jangan Engkau serahkan kepemimpinan negeri ini kepada orang-orang yang zalim, rakus, dan hanya memikirkan diri mereka sendiri.

Ya Allah, kuatkanlah hati rakyat negeri ini untuk tetap sabar, tetap bersatu, dan tetap memperjuangkan kebenaran dengan cara yang Engkau ridhai. Jauhkan kami dari kerusakan, dari perpecahan, dan dari kepemimpinan yang menyeleweng.

Rabbana, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia berupa pemimpin yang adil dan masyarakat yang damai, dan berikanlah kepada kami kebaikan di akhirat berupa surga-Mu yang penuh kenikmatan.

آمِيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن

Share This Article