Khutbah Jumat Edisi 5 September 2025: Pemimpin yang Bijak Akan Mendengar, Bukan Membungkam

muslimX
By muslimX
3 Min Read

muslimx.id — Khutbah ini menegaskan bahwa kepemimpinan sejati dalam Islam adalah kepemimpinan yang membuka telinga terhadap aspirasi rakyat, bukan menutup mulut mereka dengan ancaman, tekanan, atau intimidasi. Pemimpin yang bijak tidak akan membungkam suara umat tapi malah mendengarkan apa yang dirasakan umat.

Dalam Islam, pemimpin ditugaskan untuk mengelola urusan umat dengan adil dan bijak. Salah satu ciri pemimpin bijak adalah bersedia mendengar, menampung, dan memperhatikan suara rakyat. Allah SWT berfirman:

“…dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 159)

Ayat ini menunjukkan pentingnya musyawarah dan keterbukaan dalam kepemimpinan, bukan sikap otoriter yang menutup ruang dialog.

Bahaya Pemimpin yang Membungkam Suara Rakyat

Khutbah memperingatkan bahwa pemimpin yang menutup telinga dari kritik rakyat berarti menutup jalan kebenaran. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian cintai dan mereka mencintai kalian, kalian mendoakan mereka dan mereka mendoakan kalian. Seburuk-buruk pemimpin kalian adalah yang kalian benci dan mereka membenci kalian, kalian melaknat mereka dan mereka melaknat kalian.” (HR. Muslim)

Hadis ini menjadi peringatan bahwa pemimpin yang menimbulkan kebencian rakyat dengan membungkam aspirasi akan termasuk dalam golongan pemimpin buruk yang dijauhi umat.

Pemimpin yang Bijak Menjadi Pelayan Umat

Khutbah menekankan bahwa seorang pemimpin sejatinya adalah pelayan rakyat. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka.” (HR. Abu Dawud)

Pelayan yang baik tentu mendengarkan kebutuhan orang yang dilayaninya. Maka, seorang pemimpin yang bijak akan lebih banyak membuka telinga untuk mendengar keluhan rakyat dibanding menggunakan kekuasaannya untuk membungkam suara kebenaran.

Menutup Mulut Rakyat Adalah Kezaliman

Khutbah menegaskan bahwa membungkam kritik dan aspirasi rakyat dengan ancaman hukum, penindasan, atau fitnah adalah bentuk kezaliman yang akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT. Pemimpin yang adil tidak takut dengan kritik, sebab kritik adalah jalan menuju perbaikan.

Penutup dan Doa

Khutbah Jumat ini mengingatkan umat Islam bahwa pemimpin bijak adalah pemimpin yang mampu mendengar, berdialog, dan bermusyawarah dengan rakyatnya. Membungkam rakyat hanya akan melahirkan kebencian dan kerusakan. Dengan demikian, umat Islam diajak untuk mendoakan dan memperjuangkan hadirnya pemimpin yang amanah, adil, dan rendah hati.

Allahumma waffiq wulāta umūrinā lil-istimā‘ li ṣawti al-ḥaqq wa ṣawti al-rā‘iyyah.
Ya Allah, bimbinglah para pemimpin kami agar selalu mau mendengar suara kebenaran dan aspirasi rakyatnya. Jauhkan negeri ini dari pemimpin yang zalim, sombong, dan membungkam rakyat. Anugerahkan kepada bangsa ini pemimpin yang rendah hati, amanah, dan adil. Satukan hati kami dalam kebaikan, jauhkan kami dari fitnah, dan karuniakan keberkahan bagi negeri kami. Aamiin ya Rabbal ‘Aalamiin.

Share This Article