Sahroni Belum Mundur, Islam Mengingatkan: Keadilan Bukan Pilihan, Tapi Kewajiban Bagi Pemimpin!

muslimX
By muslimX
4 Min Read

muslimx.id – Wakil Ketua DPR Saan Mustopa mengatakan hingga kini Ahmad Sahroni belum mengajukan pengunduran diri dari DPR. Sahroni hanya berstatus kader NasDem yang dinonaktifkan partai, bersama Nafa Urbach. Saan menyebut partai telah bersurat ke fraksi dan Sekjen DPR untuk menghentikan hak keuangan mereka. Namun, proses penghentian gaji masih menunggu keputusan Sekjen DPR dan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD).

Publik menilai langkah partai baru sebatas simbolik. Dinonaktifkan bukan berarti mundur dari jabatan. Sahroni dan Nafa tetap tercatat sebagai anggota DPR, meski haknya dihentikan. NasDem menegaskan proses ini sedang berjalan sesuai mekanisme. Namun, rakyat mempertanyakan kecepatan dan keseriusan lembaga legislatif merespons tuntutan publik.

Selain Sahroni dan Nafa, sejumlah anggota DPR dari partai lain juga dinonaktifkan. PAN menonaktifkan Eko Patrio dan Uya Kuya. Golkar menonaktifkan Wakil Ketua DPR RI Adies Kadir. Langkah ini diambil menyusul sorotan publik dan aksi demonstrasi besar-besaran. Kediaman Sahroni, Eko, Uya, bahkan rumah Menteri Keuangan Sri Mulyani ikut dijarah massa. Situasi tersebut menunjukkan krisis kepercayaan rakyat terhadap pejabat.

Kritik Partai X: Mundurnya Pejabat Sebagai Langkah Moral

Anggota Majelis Tinggi Partai X, Rinto Setiyawan, menegaskan kembali tugas negara yang tiga: melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat. Namun yang terlihat, rakyat terus terhimpit, sementara pejabat tetap nyaman.

Rinto menyebut, mundurnya pejabat seharusnya menjadi langkah moral, bukan sekadar teknis administrasi.

“Kalau rakyat sudah berteriak, pejabat jangan pura-pura tuli,” ujarnya.

Partai X menekankan bahwa kekuasaan bukan milik pejabat, melainkan amanah rakyat. Negara hanya dapat disebut beradab jika keberpihakan nyata pada rakyat. Bagi Partai X, wakil rakyat adalah pelayan, bukan tuan.

Ibarat sopir bus, mereka wajib memastikan penumpang sampai tujuan. Jika gagal, rakyat berhak mengganti sopirnya. Kekuasaan tanpa akuntabilitas hanyalah alat menindas rakyat.

Pandangan Islam: Kepemimpinan Adalah Amanah Berat

Dalam Islam, kepemimpinan adalah amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Pemimpin yang hanya mencari kenyamanan diri dan mengabaikan rakyatnya dianggap berkhianat.

Al-Qur’an menegaskan:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.” (QS. An-Nisa: 58)

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menegaskan bahwa seorang wakil rakyat bukan hanya bertanggung jawab pada konstitusi, tetapi juga pada hati nurani rakyat dan hisab akhirat.

Solusi Partai X: Krisis Pemerintah Agar Tidak Berulang

  1. Reformasi menyeluruh di DPR dengan meniadakan privilese berlebihan.
  2. Musyawarah kenegarawanan melibatkan masyarakat sipil, mahasiswa, dan buruh dalam pengawasan legislatif.
  3. Transformasi birokrasi digital agar setiap kebijakan DPR transparan dan bebas korupsi.
  4. Pendidikan berlandaskan Pancasila agar pejabat memahami esensi pelayanan rakyat.

Penutup: DPR Kehilangan Kepercayaan Publik

Partai X menegaskan, rakyat tak boleh terus jadi korban sementara pejabat berlindung di balik mekanisme formal. Mundur atau tidaknya Sahroni hanyalah permukaan. Persoalan sesungguhnya adalah DPR kehilangan kepercayaan publik.

Saat rakyat makin sulit, wakil rakyat tak boleh terus nyaman dalam kekuasaan. Islam mengajarkan, pemimpin sejati adalah yang mengutamakan rakyat, bukan diri sendiri. Jika para wakil rakyat lupa akan hal ini, maka sejatinya mereka bukan sedang memimpin, melainkan sedang menindas.

Share This Article