Revitalisasi Pasar Jailolo, Islam Ingatkan: Pembangunan Tak Bernilai Jika Tak Menyentuh Hati Rakyat

muslimX
By muslimX
4 Min Read

muslimx.id — Kabar gembira datang dari Halmahera Barat. Revitalisasi Pasar Jailolo yang ditinjau langsung oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka (16/10/2025) disebut berhasil mendorong perekonomian rakyat. Pasar dengan luas 7.147 meter persegi itu kini menampung 380 pedagang lokal, menjadi pusat ekonomi baru di kawasan tersebut.

Wapres mengapresiasi penataan yang lebih rapi, fasilitas yang layak, dan suasana berdagang yang manusiawi. Ia menilai pasar rakyat tak hanya menggerakkan ekonomi, tapi juga menjaga interaksi sosial yang menjadi nadi kehidupan desa.

Wakil Bupati Halmahera Barat, Djufri Muhammad, turut menyampaikan terima kasih kepada pemerintah pusat atas perhatian dan dukungan pembangunan. “Pasar ini megah, bersih, dan nyaman. Pedagang kini lebih sejahtera,” ujarnya.

Namun, dibalik semarak pembangunan itu, muncul pertanyaan klasik: apakah semua revitalisasi benar-benar menyentuh rakyat kecil, atau sekadar berhenti di seremoni proyek semata?

Partai X: Pembangunan Jangan Hanya Jadi Monumen

Prayogi R. Saputra, Anggota Majelis Tinggi Partai X sekaligus Direktur X-Institute mengatakan:

“Tugas negara itu tiga: melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat. Semua harus dilakukan dengan tepat dan jujur,” katanya.

Menurutnya, revitalisasi pasar Jailolo adalah bukti bahwa anggaran publik bisa membawa berkah, asal dikelola dengan amanah dan transparan. Namun ia mengingatkan: “Rakyat tidak butuh pasar megah semata, mereka butuh sistem ekonomi yang adil.”

Kritik ini bukan tanpa dasar. Banyak proyek pasar di daerah lain justru mangkrak, salah kelola, atau tidak dimanfaatkan karena minim pemberdayaan. Pembangunan tanpa roh kerakyatan hanya menjadi monumen beton dari ketidakpedulian.

Pandangan Islam: Pembangunan yang Diberkahi Adalah yang Adil

Dalam pandangan Islam, pembangunan sejati bukan sekadar fisik, melainkan juga spiritual dan sosial. Allah SWT berfirman:

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia; dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.” (QS. Al-Qashash: 77)

Ayat ini menegaskan keseimbangan: membangun dunia tanpa meninggalkan nilai kebaikan dan keadilan.

Pembangunan yang hanya menguntungkan segelintir orang bukanlah keberkahan, tapi bentuk kezaliman sosial yang dilarang agama.

Rasulullah ﷺ juga bersabda:

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad)

Artinya, proyek pembangunan baru bernilai ibadah bila memberi manfaat luas terutama bagi mereka yang lemah secara ekonomi.

Solusi Islami: Ekonomi Rakyat Harus Tumbuh dari Hulu ke Hilir

Islam menekankan keadilan distribusi dan tanggung jawab sosial. Maka, revitalisasi pasar rakyat seperti di Jailolo harus diikuti langkah nyata agar ekonomi rakyat tidak kembali stagnan.

  1. Menguatkan rantai pasok lokal (halal supply chain), agar produk rakyat tidak tergantung pada tengkulak besar.
  2. Memberi pelatihan bisnis dan digitalisasi syariah, agar pedagang kecil bisa beradaptasi dengan zaman tanpa meninggalkan etika jual-beli yang jujur.
  3. Mengawasi anggaran dengan prinsip amanah, memastikan setiap rupiah anggaran publik tersalurkan secara adil, tanpa korupsi atau manipulasi.

Penutup: Islam Serukan Pembangunan yang Bernyawa

Dalam Islam, pembangunan adalah ibadah sosial. Ia bernilai jika melahirkan kemandirian, keadilan, dan kesejahteraan bersama. Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)

Artinya, pembangunan sejati dimulai dari hati yang jujur dan niat yang lurus.

Pasar Jailolo mungkin hanyalah satu contoh kecil, tetapi ia menunjukkan satu hal penting jika anggaran dikelola dengan amanah, maka ekonomi rakyat bisa tumbuh dan itulah bentuk keberkahan.

Share This Article