muslimx.id — Dalam pandangan Islam, pemerintahan yang baik bukan hanya ditandai oleh keberhasilan ekonomi atau stabilitas kekuasaan, tetapi oleh kejujuran dan amanah dalam menjalankan tanggung jawab kepada rakyat. Prinsip ini sejalan dengan pandangan Anggota Majelis Tinggi Partai X, Rinto Setiyawan, yang menegaskan bahwa tugas negara ada tiga: melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat.
Namun, menurutnya, pelaksanaan ketiga tugas itu kini sering kali terdistorsi oleh kepentingan pribadi, birokrasi yang tidak efisien, dan hilangnya integritas moral. “Negara ini tidak akan sehat jika kejujuran dan amanah dikorbankan untuk ambisi,” ujar Rinto.
Kejujuran dan Amanah, Dua Pilar Pemerintahan dalam Islam
Dalam Al-Qur’an, Allah secara tegas memerintahkan agar amanah diberikan kepada orang yang berhak dan keputusan diambil dengan adil:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.” (QS. An-Nisa [4]: 58)
Ayat ini menegaskan bahwa kejujuran dan keadilan adalah fondasi setiap pemerintahan. Seorang pemimpin yang tidak jujur dalam mengemban amanah rakyat akan kehilangan keberkahan dan kepercayaan publik.
Rasulullah ﷺ pun bersabda:
“Apabila amanah disia-siakan, maka tunggulah kehancuran.”
Para sahabat bertanya, “Bagaimana maksudnya amanah disia-siakan, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Apabila urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran.” (HR. Bukhari)
Hadis ini menjadi peringatan keras bagi setiap penyelenggara negara agar tidak menjadikan kekuasaan sebagai alat memperkaya diri, melainkan sebagai sarana ibadah untuk menegakkan keadilan dan menyejahterakan rakyat.
Pemerintahan yang Jujur Adalah Cermin Akhlak Pemimpinnya
Rinto menilai bahwa pemerintahan yang jujur, transparan, dan berlandaskan akal sehat merupakan syarat utama terciptanya sistem yang sehat. “Bangsa ini tidak kekurangan orang pintar, tapi sangat kekurangan orang jujur,” ujarnya.
Dalam Islam, kejujuran (ash-shidq) adalah tanda keimanan dan sumber keberkahan. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Peganglah kejujuran, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pemimpin yang jujur akan membawa ketenangan bagi rakyatnya, karena kebijakan yang lahir dari hati yang bersih akan selalu berpihak pada kebenaran dan kemaslahatan.
Solusi Partai X: Membangun Pemerintahan Berbasis Amanah dan Akal Sehat
Partai X menawarkan langkah-langkah konkret untuk mewujudkan pemerintahan yang berakar pada nilai kejujuran dan amanah:
- Reformasi birokrasi digital untuk memutus rantai korupsi dan memperkuat akuntabilitas publik.
- Pendidikan moral berbasis Pancasila dan ajaran agama agar generasi muda memahami makna tanggung jawab dan amanah publik.
- Reformasi hukum berbasis keadilan, agar hukum berpihak pada kebenaran, bukan kekuasaan.
- Transparansi kebijakan publik, melibatkan rakyat dalam pengawasan dan penentuan arah kebijakan.
- Revitalisasi nilai-nilai Pancasila dan moral Islam agar setiap keputusan negara berlandaskan akal sehat dan integritas.
Penutup: Negara Sehat Lahir dari Pemerintah yang Amanah
Rinto Setiyawan menutup dengan pesan moral yang kuat:
“Negara yang jujur lahir dari pejabat yang jujur. Pemerintahan yang sehat berawal dari akal sehat dan hati yang amanah.”
Islam mengajarkan bahwa pemimpin adalah amanah, bukan anugerah. Ketika amanah dijaga dengan kejujuran, maka keadilan akan tumbuh, kepercayaan rakyat akan kembali, dan negara akan diberkahi Allah.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 11)
Negara yang amanah dimulai dari pemimpin yang jujur dan pemerintahan yang baik hanya lahir dari hati yang takut kepada Allah.