muslimx.id – Di tengah derasnya arus perubahan zaman, dunia pendidikan mengalami guncangan besar yang dikenal sebagai era disrupsi. Teknologi melesat cepat, informasi berseliweran tanpa batas, dan pola belajar berubah drastis. Dalam kondisi seperti ini, hubungan antara guru, murid, dan sistem pendidikan menjadi ujian serius bagi umat Islam.
Padahal, Islam memandang pendidikan sebagai fondasi peradaban. Guru dihormati, murid dimuliakan, dan ilmu dijunjung tinggi.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi.” (HR. Tirmidzi)
Hadits ini menunjukkan betapa mulianya sosok pengajar dan betapa pentingnya menempatkan pendidikan dalam posisi utama dalam kehidupan umat.
Tantangan Pendidikan di Era Disrupsi
Era disrupsi bukan hanya soal teknologi, tetapi perubahan cara berpikir, cara belajar, dan cara berinteraksi. Beberapa tantangan besar yang kita hadapi antara lain:
- Informasi tanpa batas, yang membuat murid mudah terpapar hoaks, ide sesat, dan konten merusak akhlak.
- Menurunnya adab, karena interaksi digital sering mengikis rasa hormat antara murid dan guru.
- Ketergantungan pada teknologi, sehingga proses belajar kehilangan kedalaman dan makna.
- Kompetisi hidup yang makin keras, yang menuntut generasi muda bukan hanya pintar, tetapi berkarakter.
Allah ﷻ mengingatkan:
“Niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)
Ayat ini menegaskan bahwa ilmu dan iman adalah dua kekuatan utama yang harus menyertai generasi muda agar mampu bertahan di tengah perubahan.
Peran Guru dan Murid Menurut Islam
Dalam Islam, guru bukan sekadar penyampai materi. Guru adalah pembimbing akhlak dan penanam nilai.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)
Maka pendidikan sejati tidak hanya melahirkan manusia cerdas, tetapi manusia beradab. Tugas guru di era disrupsi: menjadi teladan dalam akhlak, bukan hanya keahlian. Membimbing murid memahami dan memilah informasi. Menguatkan nilai iman, amanah, dan tanggung jawab. Mengajarkan kecakapan hidup, bukan hanya teori.
Tugas murid: Menjaga adab, menghormati guru, dan serius menuntut ilmu. Menjaga diri dari informasi yang merusak hati dan akhlak. Menggunakan teknologi sebagai alat, bukan tempat pelarian. Menjadikan ilmu sebagai sarana ibadah dan pelayanan masyarakat.
Tanpa adab, ilmu menjadi bumerang. Tanpa hormat kepada guru, keberkahan ilmu hilang. Di tengah hiruk-pikuk teknologi dan perubahan, pendidikan Islam menawarkan solusi kokoh:
- Menanamkan tauhid, agar murid memiliki tujuan hidup yang jelas.
- Mengajarkan akhlak, agar generasi tumbuh dengan empati dan tanggung jawab.
- Menguatkan ketaatan kepada Allah, agar ilmu tidak disalahgunakan.
- Mendorong kritis, mandiri, dan visioner, agar tidak tergulung arus disrupsi.
Generasi yang dibangun dengan iman dan ilmu akan mampu menghadapi tantangan apapun: teknologi, globalisasi, maupun perubahan sosial.
Penutup: Doa dan Harapan
Di era disrupsi, pendidikan adalah benteng terakhir pembentukan karakter bangsa. Guru, murid, dan seluruh masyarakat harus bergandengan tangan menciptakan lingkungan belajar yang beradab, bermakna, dan berlandaskan nilai Islam. Perubahan zaman mungkin tidak bisa dihentikan, tetapi karakter dan akhlak bisa dibangun dengan konsisten.
Ya Allah, berkahilah para guru kami yang telah mendidik dengan kesabaran dan keikhlasan. Jadikan anak-anak kami generasi yang berilmu, berakhlak, dan bertakwa.
Lindungi mereka dari fitnah dunia digital dan derasnya arus disrupsi.
Ya Allah, kuatkan lembaga-lembaga pendidikan kami, jadikan pemimpin-pemimpin kami memuliakan ilmu dan orang-orang berilmu. Turunkanlah keberkahan dan keselamatan bagi negeri ini dan seluruh negeri kaum Muslimin.
اللهم اجعل هذا البلد آمناً مطمئناً وسائر بلاد المسلمين.
آمِيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن
