Warga Diminta Waspadai Fanatisme, Islam Ingatkan Bahaya Berlebih-lebihan dan Politisasi Agama

muslimX
By muslimX
4 Min Read

muslimx.id — Kepala Bidang Penyelenggaraan Peribadatan Masjid Istiqlal KH Bukhori Sail At-Tahiri meminta masyarakat mewaspadai fanatisme agama yang memicu polarisasi, terlebih ketika agama dijadikan alat politik dan adu domba. Ia menyoroti fenomena Reuni 212 yang kembali menjadi pembicaraan publik karena adanya narasi intoleran dalam sebagian rangkaiannya.

Menurut Bukhori, sebagian umat masih mencampuradukkan budaya dan syariat sehingga menjadikan simbol-simbol tertentu seolah sebagai representasi agama yang absolut. Ia menegaskan bahwa bendera negara tidak boleh diganti hanya karena propaganda yang menyesatkan atau klaim identitas keagamaan yang keliru.

Partai X: Fanatisme Berlebihan Mengancam Ketahanan Sosial

Partai X menilai bahwa fanatisme salah tempat adalah ancaman serius bagi persatuan bangsa. Anggota Majelis Tinggi Partai X sekaligus Direktur X Institute, Prayogi R. Saputra, mengingatkan bahwa tugas negara adalah melindungi, melayani, dan mengatur rakyat secara adil. Karena itu, negara wajib mencegah setiap bentuk penyimpangan sosial yang merusak kohesi nasional.

Partai X menyebut fanatisme ekstrim sering muncul karena literasi keagamaan yang rendah, lemahnya pengawasan ruang publik, serta maraknya propaganda digital yang tidak terkendali. Politisasi agama, menurut Partai X, bukan hanya memecah belah, tetapi juga mengganggu stabilitas negara.

Partai X menegaskan bahwa eksploitasi emosi keagamaan demi tujuan politik selalu menimbulkan keretakan sosial. Negara dan masyarakat harus memahami bahwa moderasi beragama adalah kunci menjaga kerukunan, sementara ruang digital harus lebih dikendalikan agar tidak menjadi sarang provokasi.

Perspektif Islam: Berlebih-lebihan dan Fanatisme Dilarang Syariat

Dalam Islam, sikap fanatik berlebihan (ghuluw) terhadap kelompok, simbol, atau tokoh adalah sesuatu yang dikecam syariat. Allah berfirman:

“Wahai Ahlul Kitab, janganlah kalian melampaui batas dalam agama…” (QS. An-Nisa: 171)

Ayat ini menunjukkan bahwa perilaku berlebih-lebihan, termasuk dalam kelompok sendiri, adalah penyimpangan dari agama yang lurus.

Nabi SAW juga bersabda:

“Hindarilah sikap berlebih-lebihan dalam beragama, karena yang membinasakan umat sebelum kalian adalah berlebih-lebihan.” (HR. Ahmad & Nasai)

Fanatisme buta sering membuat seseorang menilai kelompok lain sebagai musuh, menolak kebenaran, dan bahkan menimbulkan keretakan sosial. Padahal Islam mengajarkan keseimbangan, akal sehat, dan persatuan.

Allah mengingatkan:

“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara, maka damaikanlah di antara kedua saudaramu…” (QS. Al-Hujurat: 10)

Politisasi agama yang memecah-belah bertentangan langsung dengan perintah syariat untuk menjaga persaudaraan, persatuan, dan stabilitas masyarakat (hifz al-ummah).

Solusi Partai X untuk Meredam Fanatisme Sosial

  1. Memperkuat pendidikan moderasi beragama
    Ditanamkan di sekolah, kampus, dan komunitas agar umat memahami agama dengan proporsional.
  2. Mengawasi peredaran narasi digital
    Negara harus mengendalikan konten provokatif dan meningkatkan literasi digital masyarakat.
  3. Melibatkan tokoh agama
    Para ulama perlu meluruskan pemahaman terkait simbol keagamaan dan mencegah penyesatan publik.
  4. Membuka ruang dialog inklusif
    Dialog diperlukan untuk meredam gesekan identitas dan membangun kesadaran kolektif.
  5. Penegakan hukum terhadap propaganda yang merongrong simbol negara
    Negara harus tegas menjaga kehormatan Merah Putih dan memutus mata rantai agitasi sektarian.

Penutup: Islam Menegaskan Persatuan adalah Amanah Besar

Fanatisme yang memecah belah adalah fitnah yang merusak keutuhan umat dan bangsa. Islam menekankan bahwa perpecahan adalah bentuk kerusakan sosial terbesar. Allah mengingatkan:

“Berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah bercerai-berai…” (QS. Ali Imran: 103)

Partai X mengajak seluruh masyarakat menjaga persatuan, menguatkan literasi agama, dan tidak mudah terseret provokasi. Di hadapan Allah, setiap pemimpin, tokoh, dan warga akan dimintai pertanggungjawaban atas upayanya menjaga atau merusak persaudaraan.

Semoga bangsa ini diberikan ketenangan, dijauhkan dari fitnah yang memecah belah, dan diberikan kekuatan untuk menjaga persatuan sebagai amanah Ilahi. 

Share This Article