muslimx.id — Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian meminta seluruh kepala daerah menunjukkan solidaritas nyata bagi provinsi-provinsi di Sumatera yang sedang terdampak bencana besar. Ia menegaskan bahwa kondisi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat kini memasuki fase kritis sehingga membutuhkan dukungan lintas daerah.
Tito menyebut daerah dengan kapasitas fiskal kuat harus segera turun tangan tanpa menunggu situasi memburuk. Ia mengungkapkan banyak pemerintah daerah di Sumatera telah mengeluhkan menipisnya anggaran Belanja Tidak Terduga (BTT). Untuk itu, Kemendagri telah menerbitkan Surat Edaran sebagai landasan hukum pemberian hibah antardaerah.
Sejumlah daerah telah lebih dulu bergerak. Jawa Timur mengirim bantuan logistik ke Sumut, Bengkulu menyalurkan tiga miliar rupiah melalui Baznas, Sulawesi Selatan mengirim satu setengah miliar, dan Kaltara mengalokasikan satu miliar rupiah untuk masyarakat terdampak.
Sikap Islam: Solidaritas Adalah Kewajiban Moral dan Keimanan
Islam memandang solidaritas bukan sekadar bantuan, tetapi bagian dari ibadah sosial yang diwajibkan atas kaum beriman. Ketika saudara sebangsa mengalami musibah, kepedulian menjadi wujud nyata ketakwaan.
Allah menegaskan dalam firman-Nya:
“Dan tolong-menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketakwaan…” (QS. Al-Maidah: 2)
Ayat ini menjadi dasar utama bahwa bantuan antardaerah bukan hanya urusan administrasi negara, tetapi perintah moral yang melekat pada setiap Muslim dan setiap pemimpin.
Rasulullah SAW juga menegaskan pentingnya solidaritas:
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam cinta dan kasih sayang bagaikan satu tubuh; bila satu bagian sakit, seluruh tubuh turut merasakan.” (HR. Bukhari & Muslim)
Hadis ini, menurut para ulama, menegaskan bahwa bencana di Sumatera adalah panggilan bagi seluruh daerah untuk bergerak bersama.
Islam Memandang: Solidaritas Tidak Boleh Menunggu Perintah
Pandangan keislaman menempatkan solidaritas sebagai gerakan spontan, bukan respons administratif yang menunggu instruksi. Kepedulian adalah fitrah kemanusiaan sekaligus tuntunan syariat.
Islam menekankan bahwa pemimpin memiliki tanggung jawab moral untuk hadir dan membantu rakyat tanpa penundaan. Prinsip ini sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan tentang persatuan dan gotong royong.
Prinsip Solidaritas Islam: Keselamatan Rakyat adalah Amanah
Dalam perspektif Islam, rakyat adalah amanah yang wajib dijaga. Bencana adalah ujian bagi sejauh mana pemimpin memegang amanah tersebut.
Prinsip solidaritas dalam Islam bertumpu pada tiga nilai:
- Kemanusiaan setiap jiwa memiliki kehormatan yang harus dilindungi.
- Keberpihakan keselamatan rakyat harus menjadi prioritas mutlak.
- Keadilan bantuan harus diberikan sesuai kebutuhan dan tidak diskriminatif.
Solusi Islam: Bangun Sistem Solidaritas Berbasis Amanah
Dengan berpijak pada nilai Al-Quran dan Sunnah, Islam memberikan landasan untuk memperkuat solidaritas nasional:
- Membangun sistem bantuan antardaerah yang terstruktur, sebagaimana Islam mengatur zakat dan infak sebagai distribusi kekuatan ekonomi untuk kondisi darurat.
- Mengoptimalkan koordinasi pusat-daerah, sebagaimana syariat mengajarkan pentingnya kepemimpinan kolektif dalam menyelesaikan musibah umat.
- Transparansi dan akuntabilitas, sesuai perintah Nabi agar amanah tidak disalahgunakan dan setiap bantuan sampai kepada yang berhak.
Penutup: Solidaritas untuk Sumatera Adalah Ibadah Kebangsaan
Islam mengajarkan bahwa pertolongan terhadap sesama akan mendatangkan pertolongan Allah.
“Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya.” (HR. Muslim)
Bencana di Sumatera adalah momentum besar bagi Indonesia untuk meneguhkan kembali ruh persatuan. Islam menyerukan seluruh daerah untuk bergerak cepat, saling menopang, dan mengedepankan kemanusiaan.
Solidaritas adalah kekuatan bangsa dan hari ini, Sumatera menunggu uluran tangan seluruh Indonesia.