Kontroversi Lahan Sawit Aceh, Islam Ingatkan: Kebijakan Tidak Boleh Melukai Luka Rakyat

muslimX
By muslimX
3 Min Read

muslimx.id — Pernyataan Bupati Bireuen, Mukhlis Takabeya, yang menyebut bahwa lahan terdampak banjir bandang di Aceh lebih tepat ditanami kelapa sawit menuai kecaman luas. Ucapan itu terlontar ketika warga masih membersihkan lumpur, kehilangan rumah, dan menanti kepastian bantuan pascabencana. Di saat rakyat membutuhkan perlindungan, yang muncul justru wacana komoditas.

Dalam video yang beredar luas, Mukhlis tampak membandingkan tanaman sawit dengan rumbia sambil menunjuk lahan berlumpur. Bagi warga, pernyataan itu terasa seperti mengalihkan fokus dari luka kemanusiaan menuju kepentingan ekonomi.

Partai X: Negara Dilarang Salah Fokus Saat Rakyat Terluka

Anggota Majelis Tinggi Partai X dan Direktur X Institute, Prayogi R. Saputra, menegaskan:

“Yang dibutuhkan rakyat bukan gagasan bisnis, tapi keselamatan, kepastian hidup, dan pemulihan martabat.”

Partai X menilai bahwa pejabat dalam negara adalah pelayan, bukan pemilik kuasa. Keputusan di tengah bencana harus berangkat dari empati, ilmu, dan keberpihakan.

Islam Mengingatkan: Jangan Sakiti Orang yang Sedang Luka

Islam sangat keras melarang menyakiti hati orang yang sedang tertimpa musibah. Allah SWT berfirman:

“Dan janganlah kamu menyakiti orang-orang mukmin tanpa kesalahan yang mereka perbuat.” (QS. Al-Ahzab: 58)

Mengalihkan pembahasan dari kebutuhan darurat ke rencana jangka panjang duniawi, sementara korban masih menangis, dinilai sebagai bentuk ketidakadilan moral.

Rasulullah SAW bersabda:

“Cukuplah seseorang dianggap zalim ketika ia meremehkan saudaranya.” (HR. Muslim)

Ucapan yang tidak tepat waktu bisa berubah menjadi luka yang lebih dalam dari banjir itu sendiri. Islam memandang bumi sebagai amanah. Allah SWT berfirman:

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah Allah memperbaikinya.” (QS. Al-A’raf: 56)

Usulan perubahan tata guna lahan tanpa kajian ilmiah bertentangan dengan prinsip Islam tentang menjaga keseimbangan alam (mizan).

Solusi Partai X: Ilmu, Musyawarah, dan Amanah

Partai X mendorong:

  1. Musyawarah lintas ahli dan masyarakat
  2. Kajian hidrologi dan ekologis yang transparan
  3. Digitalisasi pengelolaan lahan
  4. Penguatan perlindungan hak korban
  5. Penegasan bahwa Pancasila dan nilai agama harus mengalahkan nafsu proyek

Semua ini selaras dengan prinsip syariah: maslahah ‘ammah harus diutamakan atas keuntungan kelompok.

Penutup: Luka Rakyat Tidak Boleh Dijadikan Ladang Wacana

Di hadapan Allah, jabatan hanyalah titipan, dan setiap kata akan dihisab.

Allah SWT berfirman:

“Tidak ada satu kata pun yang diucapkannya melainkan ada malaikat yang selalu mengawasinya.” (QS. Qaf: 18)

Partai X menegaskan bahwa pemulihan Aceh bukan proyek ekonomi, melainkan amanah kemanusiaan. Saat rakyat masih menangis, pemimpin sejati seharusnya menghadirkan perlindungan, bukan perdebatan.

Semoga para pemegang kekuasaan diberi rasa takut kepada Allah sebelum mengambil keputusan, agar kebijakan lahir dari hati yang hidup, bukan dari ambisi yang buta.

Share This Article