Mengabdi dengan Keadilan, Bukan Ambisi Pribadi

muslimX
By muslimX
3 Min Read

muslimx.id — Kekuasaan dan jabatan seharusnya menjadi sarana pengabdian, bukan alat pemuas ambisi pribadi. Dalam perspektif Islam, pengabdian kepada negara harus dilandasi keadilan, kejujuran, dan tanggung jawab moral, bukan hasrat kekuasaan yang mengabaikan kepentingan rakyat.

Al-Qur’an menegaskan bahwa tujuan kekuasaan adalah menegakkan keadilan. “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak keadilan karena Allah, sekalipun terhadap dirimu sendiri, ibu bapak, dan kaum kerabat” (Q.S. an-Nisa’ [4]: 135).

Ayat ini menegaskan bahwa keadilan tidak boleh dikalahkan oleh kepentingan pribadi, kelompok, atau ambisi kekuasaan. Pengabdian sejati lahir dari keberanian bersikap adil, meski berisiko bagi diri sendiri.

Ambisi Kekuasaan dan Bahayanya

Islam tidak menolak cita-cita dan kepemimpinan, tetapi mengecam ambisi yang melahirkan kezaliman. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kalian akan sangat berambisi terhadap jabatan, padahal jabatan itu akan menjadi penyesalan pada hari kiamat” (H.R. Bukhari).

Hadis ini menjadi peringatan bahwa ambisi tanpa kendali iman akan menjerumuskan pemimpin pada penyalahgunaan wewenang dan pengkhianatan amanah rakyat.

Keadilan sebagai Tolok Ukur Kepemimpinan

Dalam Islam, kualitas kepemimpinan diukur dari keadilan, bukan lamanya berkuasa atau besarnya pengaruh. Al-Qur’an menegaskan, “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil” (Q.S. al-Ma’idah [5]: 42).

Keadilan melahirkan kepercayaan publik, memperkuat persatuan, dan menjadi fondasi negara yang stabil. Tanpa keadilan, kekuasaan kehilangan legitimasi moral.

Solusi Islam: Mengabdi Tanpa Ambisi

Islam menawarkan solusi nyata agar pengabdian tidak berubah menjadi ambisi kekuasaan:

  1. Menanamkan Kesadaran Hisab
    Setiap pemimpin harus menyadari bahwa kekuasaan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. “Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang segala nikmat” (Q.S. at-Takatsur [102]: 8).
  2. Membangun Sistem Berbasis Amanah dan Pengawasan
    Pengawasan publik dan institusional perlu diperkuat agar kekuasaan tidak disalahgunakan. Amanah harus dijaga dengan transparansi dan akuntabilitas.
  3. Memprioritaskan Kepentingan Rakyat
    Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian cintai dan mereka mencintai kalian” (H.R. Muslim). Cinta rakyat lahir dari kebijakan adil dan keberpihakan nyata.
  4. Mendidik Pemimpin Berakhlak, Bukan Sekadar Ambisius
    Pendidikan kepemimpinan harus menekankan integritas, empati, dan pelayanan, bukan hanya kompetisi dan perebutan jabatan.

Mengabdi dengan keadilan berarti menempatkan kekuasaan sebagai alat melayani, bukan menguasai. Ketika ambisi dikalahkan oleh keadilan, negara akan berdiri di atas kepercayaan rakyat dan ridha Allah SWT.

Pengabdian semacam inilah yang melahirkan kepemimpinan bermartabat kepemimpinan yang tidak hanya berhasil di mata manusia, tetapi juga selamat dalam timbangan akhirat.

Share This Article