Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, baru-baru ini membuat pernyataan yang cukup mengejutkan mengenai perencanaan keluarga, khususnya tentang tanggung jawab laki-laki dalam memilih metode kontrasepsi. Menurut Dedi, tidak hanya perempuan yang harus memikul beban pengendalian kelahiran, tetapi laki-laki juga harus berani ikut bertanggung jawab, salah satunya dengan mempertimbangkan prosedur medis seperti vasektomi.
Dalam acara dialog mengenai kesejahteraan keluarga di Subang, Dedi menegaskan bahwa masyarakat, terutama yang berasal dari lapisan ekonomi bawah, perlu lebih bijak dalam merencanakan keluarga. Menurutnya, pola pikir “banyak anak, banyak rezeki” harus segera dikaji ulang. Memiliki banyak anak di tengah keterbatasan ekonomi seringkali justru akan memperberat beban keluarga.
“Bukan soal banyak atau sedikitnya anak, tapi seberapa mampu kita mendidik, merawat, dan memberi mereka masa depan yang layak,” ujar Dedi dengan tegas.
Lebih lanjut, Dedi juga menyarankan agar laki-laki tidak hanya mengandalkan perempuan untuk mengatur metode kontrasepsi. Vasektomi, sebagai prosedur medis permanen untuk pria, bisa menjadi solusi bijak jika memang pasangan sudah tidak berniat menambah anak lagi.
“Sudah waktunya laki-laki berani mengambil tanggung jawab juga, bukan hanya perempuan yang terus-menerus dipasangi alat kontrasepsi. Kalau tidak ingin punya anak lagi dan sudah dipastikan ada alasan medis, vasektomi itu bisa jadi pilihan,” tambahnya.
Vasektomi adalah prosedur medis yang dilakukan untuk memutus atau mengikat saluran sperma pria, sehingga spermanya tidak bisa lagi membuahi sel telur. Prosedur ini sangat aman dan memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi sebagai metode kontrasepsi permanen.
Menurut dr. Aditya Gunawan, Sp.U, seorang ahli urologi, vasektomi tidak memengaruhi gairah seksual atau kemampuan ereksi pria. Yang dipengaruhi hanya saluran sperma, bukan fungsi seksual atau hormon pria.
“Vasektomi adalah prosedur yang aman dan bisa dilakukan dengan minimal rasa sakit. Prosesnya cepat dan pemulihannya juga tidak memerlukan waktu lama,” ujar dr. Aditya.
Namun, dokter juga menekankan bahwa vasektomi bukanlah pilihan yang bisa diambil sembarangan. Konsultasi medis dan kesepakatan antara suami dan istri sangat penting sebelum menjalani prosedur ini. Ini harus dilakukan setelah mempertimbangkan matang-matang alasan medis dan keluarga.
Bagaimana pandangan Islam terkait dengan vasektomi? Dalam ajaran Islam, vasektomi dianggap haram secara umum karena dapat menghalangi kelangsungan keturunan secara permanen, yang bertentangan dengan tujuan pernikahan dalam Islam, yaitu untuk menjaga keturunan (hifzh al-nasl).
Namun, Islam memberi kelonggaran dalam kondisi tertentu, seperti jika ada alasan medis yang sangat kuat, misalnya ketika kehamilan bisa membahayakan nyawa istri, atau jika pasangan sudah yakin bahwa mereka tidak ingin menambah anak lagi dan alasan tersebut sesuai dengan prinsip syariat.
Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI), vasektomi diperbolehkan hanya dalam keadaan darurat, seperti kesehatan yang sangat terancam atau tidak ada metode kontrasepsi lain yang aman. Ini adalah penerapan prinsip fiqh yang berbunyi “darurat membolehkan yang terlarang”, yang memungkinkan pengambilan langkah medis tertentu untuk menyelamatkan nyawa atau kesehatan.
Pernyataan Gubernur Jabar dan penguatan medis ini membuka perbincangan penting tentang kesadaran berkeluarga di Indonesia, terutama di kalangan masyarakat kurang mampu. Tidak hanya perempuan yang harus memikirkan masa depan anak-anak mereka, tetapi laki-laki pun harus lebih terbuka untuk berbagi beban ini. Vasektomi bisa jadi salah satu jalan keluar, tapi harus dilakukan dengan pertimbangan matang.
Tanggung jawab ini bukan hanya soal mencegah kelahiran, tetapi tentang menjaga kualitas hidup keluarga, kesehatan, dan masa depan anak-anak. Jika keputusan medis seperti vasektomi diambil dengan pertimbangan yang benar, itu bisa menjadi bentuk tanggung jawab yang sejati.
Masyarakat, terutama pasangan muda dan keluarga yang sedang berencana memiliki anak, perlu memahami bahwa perencanaan keluarga adalah soal kesiapan, bukan sekadar kesempatan untuk menambah anak. Vasektomi, meskipun bukan pilihan pertama, bisa menjadi jalan yang tepat bagi pasangan yang sudah tidak ingin menambah keturunan dan ingin memastikan bahwa kesehatan serta masa depan keluarga tetap terjaga.
Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya perencanaan keluarga yang matang, kita berharap bisa menciptakan keluarga yang lebih sejahtera dan bertanggung jawab.