Papua dan Jalan Keadilan: Dalam Islam, Konflik Tak Bisa Diselesaikan dengan Senjata, Tapi dengan Keadilan yang Merata

muslimX
By muslimX
5 Min Read

muslimx.id Isu separatisme Papua kembali memanas. Namun yang perlu disadari, pendekatan kekerasan tak akan pernah bisa menyelesaikan luka yang ditanamkan oleh ketidakadilan selama puluhan tahun. Co-founder Indonesia Strategic and Defence Studies (ISDS), Dwi Sasongko, menegaskan bahwa penyelesaian konflik di Papua tak bisa semata-mata dilakukan dengan operasi militer. Dalam Islam, jalan penyelesaian konflik adalah ishlah (perdamaian), bukan dominasi senjata.

Sebagaimana dijelaskan Dwi, pendekatan komprehensif dan multidimensi harus dikedepankan. Bukan hanya keamanan, tapi juga rekonsiliasi, pembangunan, pengakuan, dan pemulihan martabat. Papua bukan sekadar “daerah konflik”, tapi tanah milik saudara-saudara kita yang telah lama merasa ditinggalkan.

Islam Menolak Kekerasan yang Berulang, Menuntut Keadilan yang Terus Hadir

Anggota Majelis Tinggi Partai X, Rinto Setiyawan, menegaskan bahwa dalam konteks Islam, negara tidak dibenarkan menegakkan ketertiban dengan cara yang menindas atau menakut-nakuti rakyatnya. Rakyat Papua bukan musuh negara, mereka adalah bagian dari umat yang memiliki hak atas perlindungan, keadilan, dan pelayanan.

“Negara dalam Islam adalah rahmat, bukan ancaman. Negara harus memeluk, bukan mengepung,” ujar Rinto.

Konflik berkepanjangan di Papua menunjukkan bahwa pendekatan militeristik tidak menyentuh akar masalah: kesenjangan sosial, keterbatasan akses, hilangnya kontrol atas tanah adat, dan trauma sejarah yang belum selesai. Islam menuntut negara untuk adil (‘adl), rahim (penuh kasih), dan mas’ul (bertanggung jawab) terhadap seluruh rakyat, termasuk mereka yang hidup di wilayah paling terpencil sekalipun.

Negara Harus Jadi Pelayan Rakyat, Bukan Hanya Penegak Kekuatan

Islam mengajarkan bahwa kepemimpinan adalah amanah. Sebuah pemerintahan dituntut hadir bukan hanya ketika ada kerusuhan, tapi terlebih ketika rakyat butuh air bersih, sekolah, jalan, rumah sakit, dan pengakuan atas identitas mereka. Dalam hadis disebutkan:

“Imam (pemimpin) adalah penggembala dan dia bertanggung jawab atas gembalaannya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Jika rakyat Papua hanya “diingat” ketika situasi genting dan dikesampingkan saat masa tenang, maka negara telah gagal menjalankan amanah kepemimpinan. Dalam Islam, ini disebut khiânah al-‘ahd pengkhianatan terhadap amanah publik.

Solusi Islam: Dialog, Pendidikan, dan Keadilan sebagai Jalan Damai

Partai X mengusulkan pendekatan yang sejalan dengan nilai-nilai Islam:

  1. Sekolah Negarawan Papua
    Untuk membangun kader kepemimpinan Papua yang berpikir strategis, mencintai tanahnya, dan menjadi jembatan yang adil antara negara dan rakyat. Dalam Islam, mencetak pemimpin lokal yang amanah adalah bagian dari tugas negara.
  2. Pembangunan Inklusif
    Akses terhadap air, listrik, pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar adalah bagian dari al-maslaha al-‘ammah (kemaslahatan umum) yang wajib ditunaikan negara.
  3. Pengakuan atas Hak Sosial dan Budaya
    Islam mengakui keragaman suku dan bangsa sebagai rahmat. Allah berfirman:

“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan, dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)

  1. Dialog sebagai Solusi Utama
    Dalam Islam, menyelesaikan konflik dimulai dari musyawarah, bukan kekerasan. Tidak boleh ada rakyat yang dipaksa tunduk oleh senjata. Sebaliknya, negara wajib hadir untuk mendengar dan memulihkan.

Evaluasi Total Pendekatan Militer: Islam Menolak Dzalim dalam Nama Keamanan

Partai X menegaskan bahwa semua operasi keamanan di Papua harus dievaluasi secara terbuka. Islam melarang menzalimi satu jiwa pun, sekalipun atas nama keamanan nasional. Dalam Al-Qur’an:

“Barang siapa membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu membunuh orang lain atau membuat kerusakan di muka bumi maka seolah-olah ia telah membunuh seluruh manusia.” (QS. Al-Maidah: 32)

Kematian warga sipil tak bisa dijustifikasi dengan dalih menjaga stabilitas. Justru itu adalah alarm moral bahwa pendekatan yang selama ini digunakan telah melukai nilai kemanusiaan yang dijunjung Islam.

Papua Adalah Umat yang Minta Didengar, Bukan Diperangi

Islam tidak mengenal penjagaan wilayah dengan kekerasan yang melahirkan luka baru. Islam mengenal pemulihan kepercayaan dengan keadilan. Papua tidak bisa disembuhkan dengan senjata, tetapi dengan kasih sayang negara yang setara kepada semua rakyatnya.

“Tidak akan tegak langit dan bumi kecuali dengan keadilan.” (Imam Ibn Taymiyyah)

Partai X menegaskan bahwa rakyat Papua bukan ancaman. Mereka adalah saudara seiman dan sebangsa yang sedang berteriak meminta untuk dimanusiakan. Maka negara, jika ingin disebut Islami, harus hadir dengan tangan melindungi, bukan tangan menekan.

Share This Article