Prabowo Dipuji di Panggung Dunia, Tapi Rakyat Masih Lapar: Islam Serukan Keseimbangan Antara Wibawa dan Keadilan Sosial

muslimX
By muslimX
3 Min Read

muslimx.id – Presiden Prabowo Subianto mendapat pujian setelah tampil di forum internasional Saint Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025. Ketua MPR RI Ahmad Muzani menyebut Prabowo makin dihormati di mata dunia, terlebih dengan sikap bebas aktif dan nonblok yang diangkat dalam pidatonya.

Namun, di balik gemerlap diplomasi luar negeri, kritik tajam datang dari Partai X yang mempertanyakan relevansi pencitraan global dengan kenyataan domestik. Menurut mereka, kemegahan panggung internasional tak boleh menutupi kegelapan di dapur rakyat.

“Rakyat tidak makan protokol. Rakyat butuh harga beras turun dan anak sekolah bisa sarapan,” ujar Rinto Setiyawan, anggota Majelis Tinggi Partai X.

Dalam Islam, pemimpin bukan hanya dituntut tampil baik di hadapan dunia, tapi diukur dari sejauh mana ia memenuhi amanah terhadap umatnya. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Imam (pemimpin) adalah pengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Wibawa seorang pemimpin, menurut Islam, harus berakar pada keadilan dan kesejahteraan. Partai X menyoroti bahwa meskipun Presiden Prabowo disambut baik di Rusia, di dalam negeri rakyat masih menghadapi: Harga pangan yang terus naik, upah buruh yang stagnan, layanan publik yang timpang, dan energi dan pendidikan yang belum terjangkau di banyak daerah

Islam tidak memisahkan antara simbol dan substansi. Dalam maqashid syariah, menjaga jiwa dan menjaga kebutuhan dasar rakyat adalah tujuan utama kekuasaan.

Partai X menyampaikan bahwa prinsip bebas aktif harus diarahkan untuk:

  • Menegosiasikan kedaulatan pangan dan energi
  • Mengurangi ketergantungan ekonomi pada kekuatan asing
  • Memperkuat UMKM, teknologi lokal, dan diplomasi yang pro-rakyat

“Jangan hanya sibuk memukau dunia, tapi lupa menghidupi rakyat,” tegas Rinto.

Beberapa langkah konkret yang ditawarkan Partai X, yang sejalan dengan semangat Islam:

  • Reorientasi pemerintahan luar negeri agar berpihak pada kekuatan ekonomi nasional, bukan sekadar reputasi internasional.
  • Penguatan diplomasi strategis di bidang pangan, energi, dan teknologi demi maslahat rakyat.
  • Evaluasi kementerian luar negeri dan perdagangan agar kinerjanya berdampak langsung bagi rakyat.
  • Pendidikan diplomat negarawan, bukan hanya diplomat seremonial.

Dalam Islam, seorang pemimpin akan ditanya: apakah ia menjadi pelindung atau penindas? Apakah ia hadir ketika rakyat lapar, atau hanya ketika mikrofon dan kamera menyala?

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu menetapkannya dengan adil.” (QS. An-Nisa: 58)nyampaikan amanat kepada yang berhak, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu menetapkannya dengan adil.” (QS. An-Nisa: 58)

Share This Article