muslimx.id – Di tengah kekosongan 12 kursi duta besar RI, sorotan tertuju pada pentingnya diplomasi global. Namun, dari sudut pandang Islam, diplomasi bukan hanya soal hubungan antarnegara, melainkan juga tentang hubungan negara dengan rakyatnya sendiri. Ketua DPR RI Puan Maharani menyerukan pentingnya calon dubes yang kompeten secara hubungan antarnegara. Tapi, dalam sistem Islam, pemimpin dan utusan negara wajib terlebih dahulu mengerti penderitaan umat di dalam negeri sebelum mewakili nama bangsa di luar.
“Imam (pemimpin) adalah perisai. Rakyat berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Islam: Jangan Sibuk Citra Global, Tapi Abai Suara Rakyat
Dalam Islam, seorang utusan atau pejabat adalah amanah besar, bukan sekadar jabatan. Ketika diplomasi hanya mengejar relasi internasional, tapi membiarkan rakyat di desa-desa terlilit utang, tercekik harga pangan, dan kehilangan pekerjaan, maka diplomasi itu kehilangan ruh.
Rasulullah ﷺ mengajarkan, tugas pemimpin adalah mengurusi umat, bukan meninggalkan mereka demi agenda-agenda prestise internasional.
Prinsip Islam: Hubungan yang Pertama adalah dengan Umat
Islam mengajarkan bahwa keadilan sosial harus menjadi fondasi setiap kebijakan negara, termasuk dalam diplomasi. Maka, sebelum mengangkat duta besar untuk Washington, Tokyo, atau Paris, pemerintah harus memastikan mereka berpihak kepada wong cilik, bukan sekadar mewakili investor.
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.” (QS. An-Nisa: 58)
Negara dalam Islam: Mengurus Rakyat, Bukan Menitip Jabatan
Kekosongan jabatan duta besar (dubes) selama setahun lebih mencerminkan kelalaian dalam mengurus urusan rakyat. Islam tidak mengenal kekuasaan yang dibiarkan tanpa pengemban. Dalam sejarah Khilafah Islamiyah, bahkan satu daerah pun tak boleh kosong dari pemimpin walau hanya sebentar.
“Tidak halal bagi tiga orang yang berada di padang pasir, kecuali salah satu dari mereka mengangkat seorang amir (pemimpin).” (HR. Ahmad)
Jika posisi strategis seperti dubes bisa diabaikan, bagaimana dengan nasib rakyat kecil yang sudah lama terabaikan?
Solusi Islam: Utusan yang Amanah, Bukan Sekadar Cakap Lobi
Dalam sistem Islam, seorang dubes bukan hanya diplomat, tapi wakil umat. Mereka wajib dididik dalam madrasah kepemimpinan Islam yang menanamkan:
- Kecintaan pada keadilan dan keberpihakan terhadap rakyat kecil.
- Sensitivitas terhadap jeritan umat, bukan sekadar sensitivitas protokol.
- Keberanian menegur penguasa zalim, bukan hanya mencari muka pejabat asing.
Islam Serukan: Diplomasi Nurani, Bukan Diplomasi Gengsi
Diplomasi Islam berpijak pada nilai kebenaran dan keadilan, bukan gengsi global. Wajah negara di mata dunia harus dibangun di atas ketulusan melayani rakyat, bukan sekadar citra profesional di forum internasional.
“Siapa saja yang diangkat sebagai pemimpin urusan umatku, lalu ia menutup diri dari rakyatnya, maka Allah akan menutup diri darinya di hari kiamat.” (HR. Abu Dawud)