muslimx.id – Kegiatan Antara Goes to Campus diselenggarakan di Universitas Nusa Putra, Sukabumi, mengangkat tema Peran Media dalam Membangun Peradaban Bangsa di Era Digital. Antusiasme mahasiswa dari berbagai fakultas tampak tinggi. Namun, Partai X menilai kegiatan semacam ini belum menyentuh hakikat pendidikan dalam Islam, karena tidak membuka ruang dialektika, justru memperkuat narasi tunggal dari negara.
Pendidikan dalam Islam: Melahirkan Manusia Merdeka Berpikir
Prayogi R. Saputra, Direktur X-Institute dan anggota Majelis Tinggi Partai X, menyampaikan kritik terhadap format acara yang dianggap terlalu monologis dan seremonial.
“Mahasiswa tidak butuh seremoni media. Dalam Islam, ilmu bukan untuk ditelan mentah, tapi untuk diuji. Maka pendidikan sejati harus melahirkan penanya, bukan penurut.”
Islam menempatkan ilmu sebagai sarana pembebasan, bukan pelanggengan kekuasaan. Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Tapi ilmu yang menyelamatkan bukan yang memanjakan kekuasaan, melainkan yang menggugat ketidakadilan dan menyingkap kebohongan.
Media dalam Islam: Amanah, Bukan Alat Propaganda
Partai X mengingatkan bahwa media adalah amanah sosial, bukan alat poles kekuasaan. Dalam Islam, menyampaikan informasi yang jujur adalah bagian dari fardhu kifayah. Allah SWT berfirman:
“Dan janganlah kamu campuradukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 42)
Maka jika media publik seperti LKBN Antara hanya hadir menyajikan versi tunggal realitas, tanpa ruang pembanding dari rakyat, itu bukan lagi dakwah informasi, melainkan monolog kekuasaan.
Tugas Negara: Melindungi Akal Rakyat, Bukan Membiusnya
Dalam Islam, negara bertanggung jawab atas keselamatan akidah, akhlak, dan akal rakyatnya. Maka pendidikan media di kampus harusnya bukan hanya ajang Tanggung Jawab Sosial (TJSL), melainkan forum kritis yang mengajarkan mahasiswa menimbang, menolak, dan menyuarakan.
“Jika mahasiswa hanya menjadi konsumen narasi , maka kita sedang mencetak generasi yang patuh tapi kosong,” ujar Prayogi.
Solusi Islamik Partai X: Kampus Merdeka Informasi, Bukan Menara Propaganda
Partai X mengusulkan program Kampus (campus) Merdeka Informasi, yaitu forum terbuka antara mahasiswa, media, dan rakyat. Dalam konsep ini:
- Media milik negara wajib membuka ruang rakyat: bukan hanya suara pejabat, tapi juga suara petani, buruh, pelajar, bahkan komunitas adat.
- Forum jurnalistik harus menghadirkan diskusi dua arah: media tidak cukup mengajar mahasiswa memilah informasi, tapi harus mengajarkan membongkar narasi palsu.
- Mahasiswa diberi ruang untuk menggugat, bukan hanya mendengar.
Sekolah Negarawan: Mendidik Mahasiswa Jadi Penjaga Kebenaran
Di Sekolah Negarawan, Partai X mendidik mahasiswa sebagai penjaga amar ma’ruf nahi munkar di dunia ilmu. Mereka dilatih untuk:
- Berani mengkritik kebijakan.
- Membongkar ketimpangan media.
- Menjadi kader perubahan, bukan pengikut zaman.
Rasulullah SAW bersabda:
“Katakanlah kebenaran, walau pahit.” (HR. Ahmad)
Inilah semangat yang ingin ditanamkan, media tidak cukup menyajikan data, ia harus memberi ruang bertanya dan menggugat.
Kesimpulan: Islam Mengajarkan Ilmu Kritis, Bukan Tunduk pada Kekuasaan
Jika mahasiswa hanya disuguhi media tanpa diajak berdialektika, maka kita telah mengkhianati prinsip pendidikan dalam Islam. Literasi tanpa keberanian adalah ketakutan yang berpendidikan.
“Islam tidak melahirkan generasi yang pandai mencatat tapi takut bertanya. Pendidikan dalam Islam adalah ladang jihad intelektual, dan campus harus menjadi medan tempurnya.”