muslimx.id – Sidang kasus uang palsu yang melibatkan oknum Aparatur Sipil Negara (ASN) dan civitas akademika Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar kembali digelar pada Jumat (4/7/2025). Salah satu terdakwa yang menjadi sorotan adalah Sukmawati, seorang guru berstatus ASN, yang diduga ikut terlibat dalam distribusi uang palsu.
Keterlibatan guru yang mestinya menjadi panutan, dalam kejahatan pemalsuan uang bukan hanya pelanggaran hukum positif, tetapi pengkhianatan terhadap amanah ilmu, kehormatan profesi, dan nilai-nilai Islam itu sendiri.
“Barang siapa menipu kami, maka dia bukan bagian dari golongan kami.” (HR. Muslim)
Produksi Triliunan Uang Palsu dari Tempat Menimba Ilmu: Tanda Runtuhnya Iman dalam Dunia Pendidikan?
Jaksa menghadirkan saksi mahkota Mubin Nasir yang mengaku menjual uang palsu senilai Rp41 juta hanya seharga Rp15 juta. Penyerahan dilakukan langsung kepada Sukmawati, di rumah terdakwa lain, Sattariah. Fakta yang lebih mencengangkan: uang palsu tersebut diproduksi dalam lingkungan kampus, menggunakan mesin berteknologi tinggi dan nyaris tidak terdeteksi oleh X-ray maupun mesin penghitung uang.
Ini bukan sekadar kejahatan biasa. Ini adalah kerusakan sistemik di jantung lembaga ilmu, yang dalam Islam seharusnya menjadi tempat suci untuk membangun karakter dan takwa.
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi)
Jika yang diwarisi justru mesin pencetak dusta, maka murid tak lagi belajar tentang kebenaran, tapi tentang bagaimana menipu sistem.
Partai X: Guru Memalsu Uang, Maka Hancur Sudah Akal dan Akhlak Bangsa
Partai X menilai keterlibatan guru ASN dalam kasus ini sebagai musibah moral dan sosial. Anggota Majelis Tinggi Partai X, Prayogi R Saputra, menegaskan:
“Kalau guru ikut memalsu uang, apa lagi yang asli dari negeri ini?”
Guru bukan sekadar pengajar, melainkan murobbi, pembimbing akhlak dan iman. Jika pembimbing tersesat, maka generasi penerus berpotensi rusak arah hidupnya.
Menurut Partai X Pemerintah tidak boleh hanya mengejar pertumbuhan ekonomi sembari menutup mata terhadap keretakan moral aparatur negara. Ketika kampus berubah menjadi pabrik kejahatan, dan guru menjadi pelaku kriminal, bukan hanya hukum yang lemah, tapi ruh pendidikan ikut mati.
Solusi Partai X: Audit Etika ASN dan Tazkiyah (Pembersihan) Dunia Pendidikan
Islam mengajarkan bahwa memperbaiki sistem bukan hanya soal regulasi, tapi juga tazkiyatun nafs (pembersihan jiwa). Oleh karena itu, Partai X mengajukan langkah-langkah sebagai berikut:
- Audit Etika ASN Secara Nasional
Audit ini bukan hanya untuk menilai kinerja, tapi juga integritas moral, dengan pendekatan partisipatif dan akuntabel. - Pengawasan Terpadu di Lembaga Pendidikan
Bentuk pengawasan internal yang kuat untuk mencegah kampus menjadi tempat pembusukan nilai. Islam melarang memanfaatkan institusi suci untuk kejahatan. - Wajib Pemeriksaan Berkala Integritas ASN
Terutama mereka yang berada di sektor pendidikan dan keuangan. Ini adalah ikhtiar untuk menjaga amanah jabatan. - Sinergi Lintas Lembaga: KemenPANRB, KPK, Kemendikbudristek
Lembaga ini harus duduk bersama dan menjalankan fungsi sebagai hisbah (pengawas moral dan keadilan sosial) dalam konteks birokrasi modern.
Dalam Islam, Amanah Itu Berat, Jangan Sampai Menjadi Azab
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau adalah orang yang lemah, sedangkan jabatan itu adalah amanah. Ia pada hari kiamat menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mengambilnya dengan benar dan menunaikannya sebagaimana mestinya.” (HR. Muslim)
Ketika guru yang mestinya mengajarkan kejujuran justru mencetak kebohongan, maka sesungguhnya kita sedang diwarisi tiruan nilai, bukan hakikat kebaikan.
Negara ini tidak hanya butuh pertumbuhan ekonomi, tapi juga pertumbuhan akhlak dan jiwa-jiwa yang takut kepada Allah. Jangan sampai generasi masa depan tumbuh dengan teladan yang salah, di mana kampus hanya simbol, guru hanya gelar, dan uang hanyalah hasil tipu muslihat.
Penutup: Saatnya Membersihkan Sistem, Bukan Sekadar Menyidang Pelaku
Partai X menegaskan bahwa kejahatan intelektual dan moral jauh lebih berbahaya daripada kejahatan jalanan. Sebab, ia merusak dari dalam dengan diam-diam.
Jika pemerintah tak segera membersihkan sistem dari akar, maka akan lahir generasi yang cerdas tapi culas, pintar tapi kehilangan nilai.
“Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya…” (QS. An-Nisa: 58)