muslimx.id – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyatakan komitmennya untuk memperkuat sistem deteksi dini dalam mencegah potensi aksi terorisme. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala BNPT, Komjen Pol. Eddy Hartono, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi III DPR. Fokus utama BNPT mencakup penguatan sinergi lintas lembaga dan partisipasi masyarakat dalam menjaga stabilitas nasional menjelang tahun 2026.
Eddy menjelaskan bahwa penguatan ini difokuskan pada empat prioritas utama: koordinasi pertahanan dan keamanan, kontra-radikalisasi, program deradikalisasi, serta optimalisasi Pusat Pengendalian Krisis (Pusdalsis). Keempatnya dianggap sebagai fondasi penting dalam menjaga keamanan nasional secara berkelanjutan.
Jangan Lupakan Akar Ketimpangan
Menanggapi langkah tersebut, Direktur X-Institute sekaligus Anggota Majelis Tinggi Partai X, Prayogi R. Saputra, mengingatkan pentingnya menyentuh akar dari persoalan radikalisme. Menurutnya, negara tak cukup hanya hadir sebagai penjaga, tetapi juga sebagai pelayan yang memahami dan merespons kegelisahan sosial rakyatnya.
“Upaya deteksi dini tidak akan benar-benar efektif tanpa disertai penyelesaian atas ketimpangan dan ketidakadilan sosial yang sudah mengakar,” ujar Prayogi.
Ia menegaskan, ekstremisme seringkali tumbuh dari rasa frustrasi akibat pengangguran, kemiskinan struktural, dan akses pendidikan yang timpang.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi setelah Allah memperbaikinya.” (QS. Al-A’raf: 56)
Ayat ini menjadi pengingat bahwa stabilitas sosial dan keadilan harus menjadi pondasi dalam mencegah benih-benih kekerasan.
Partai X menekankan bahwa pemerintah adalah amanah dari rakyat yang wajib dijalankan dengan adil, transparan, dan berorientasi pada kesejahteraan.
“Negara tidak boleh hanya tampil ketika menindak, tapi harus hadir sebagai solusi atas masalah. Jangan sampai rakyat hanya dijadikan objek kebijakan,” tegas Prayogi.
Solusi dari Hulu: Sentuh Akar, Bukan Hanya Gejala
Partai X juga mengajukan beberapa langkah konkret agar pencegahan terorisme tidak berhenti di permukaan:
- Evaluasi Program Deradikalisasi agar tidak bersifat simbolis semata.
- Alihkan sebagian anggaran keamanan ke bidang pendidikan dan pelatihan ekonomi, khususnya di daerah yang rawan radikalisasi.
- Libatkan tokoh adat, ulama, dan pegiat komunitas lokal dalam membentuk narasi tandingan yang lebih efektif secara kultural dan spiritual.
“Ketahanan negara dibangun dari rasa saling percaya, bukan dari rasa takut,” kata Prayogi.
Dengan begitu, seluruh warga negara akan merasa dilibatkan dan dihargai sebagai bagian dari bangsa, bukan sekadar objek pengawasan dan kecurigaan.
Menangkal Ekstremisme dengan Keadilan Sosial
Sebagai penutup, Partai X menegaskan bahwa upaya melawan radikalisme harus dimulai dari keberpihakan pada keadilan. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berlaku adil dalam segala hal.” (HR. Muslim)
Dengan memperkuat keadilan sosial dan memberdayakan masyarakat dari hulu, pencegahan terorisme akan menjadi lebih kokoh dan bermakna bukan sekadar respons jangka pendek, tetapi langkah strategis menuju bangsa yang damai, adil, dan berkeadaban.