Keracunan MBG di Sekolah, BPOM Terlambat, Islam Ajarkan Mencegah Sebelum Mengobati

muslimX
By muslimX
4 Min Read

muslimx.id  – Tragedi keracunan massal akibat Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kupang membuka luka besar dalam wajah pelayanan publik. Lebih dari 140 siswa jatuh sakit setelah mengonsumsi makanan dari program pemerintah yang seharusnya menjadi simbol kasih sayang negara pada generasi penerus. Tetapi mengapa yang terjadi justru sebaliknya?

Program yang dirancang untuk memperbaiki gizi malah jadi penyebab keracunan massal. Negara, lagi-lagi, datang terlambat setelah luka muncul, bukan sebelum bahaya tiba. Kepala BPOM memang menyebut tengah menyelidiki kasus ini, namun pertanyaannya: dimana pengawasan sebelum makanan itu sampai ke mulut anak-anak?

Islam dan Prinsip Kehati-hatian: Jangan Sampai Rakyat Jadi Korban Uji Coba

Dalam Islam, tanggung jawab atas keselamatan umat bukan sekadar prosedur administratif, tapi amanah syar’i yang kelak akan dipertanyakan di hadapan Allah. Rasulullah SAW bersabda:

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Negara yang gagal mencegah bencana padahal mampu, berarti telah melalaikan amanah tersebut. Anak-anak bukan bahan eksperimen kebijakan. Mereka adalah amanah suci, yang bahkan dalam perang pun dilindungi oleh Islam apalagi dalam situasi damai.

Hal ini selaras dengan kritik yang disampaikan Prayogi R. Saputra, Anggota Majelis Tinggi Partai X. Ia menyoroti pola yang terus berulang dalam respons negara terhadap krisis:

“Kalau program sebesar MBG ini tidak diawasi, maka negara gagal dalam tiga hal sekaligus: melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat.”

Makanan Harus Halal, Thayyib, dan Aman

Allah SWT berfirman:

“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik (thayyib) yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan.” (QS. Al-Baqarah: 168)

Kata thayyib mencakup bukan hanya kehalalan syar’i, tapi juga aspek keamanan, kebersihan, dan manfaat bagi tubuh. Makanan untuk anak-anak sekolah yang berakhir di rumah sakit bukan hanya bentuk kelalaian logistik itu pelanggaran terhadap nilai dasar Islam: menjaga jiwa (hifzh an-nafs).

Solusi Islamik: Transparansi, Kontrol, dan Etika Sosial

Islam mendorong tindakan preventif. Solusi yang ditawarkan oleh Partai X bukan sekadar teknis, tapi berakar dari prinsip maqashid syariah:

  1. Menjaga jiwa (hifzh an-nafs) – melalui pengawasan ketat atas keamanan pangan.
  2. Menjaga akal (hifzh al-‘aql) – karena gizi buruk dan racun mengganggu perkembangan anak.
  3. Menjaga keturunan (hifzh an-nasl) – dengan menjamin keberlangsungan hidup sehat generasi muda.

Langkah konkret seperti audit vendor MBG, transparansi data penyedia, hotline pengaduan cepat, dan unit pengawasan berbasis komunitas mencerminkan semangat hisbah dalam Islam yakni kontrol sosial demi kemaslahatan umat.

Kesimpulan: Jangan Jadikan Program Populer sebagai Jalan Menuju Petaka

Program MBG seharusnya menjadi jalan menuju keadilan gizi, bukan potensi malapetaka nasional. Islam mewajibkan pemimpin untuk menyayangi yang lemah, bukan sekadar memanfaatkan mereka untuk citra.

Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa yang tidak menyayangi, maka dia tidak akan disayangi.” (HR. Bukhari)

Negara yang membiarkan rakyat menderita demi klaim sukses sesaat, telah kehilangan ruh kepemimpinan islami. Dan negara yang membiarkan anak-anak keracunan demi mengejar angka dan statistik, akan kehilangan keberkahan kekuasaannya.

Share This Article