Sri Mulyani Sebut Banyak “Setan” di Uang Negara, Islam Mengingatkan, Setan Lahir dari Lemahnya Taqwa dan Rusaknya Sistem

muslimX
By muslimX
3 Min Read

muslimx.id – Menteri Keuangan Sri Mulyani kembali menjadi sorotan publik usai pernyataannya dalam Sarasehan Nasional Ekonomi Syariah Refleksi Kemerdekaan RI 2025. Dalam forum tersebut, ia menyinggung pentingnya mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) secara jujur dan transparan. Ia mengingatkan, jika anggaran sebesar Rp3.800 triliun tidak dikelola dengan amanah, itu adalah bentuk kezaliman.

Pernyataannya bahwa pengelolaan ekonomi tanpa transparansi akan melahirkan banyak “setan” memantik tafsir beragam. Sebagian menganggapnya sebagai peringatan moral, namun sebagian lain menilainya sebagai pengakuan tidak langsung bahwa sistem yang ia pimpin sarat masalah. Budayawan Cak Nun menegaskan, setan bukanlah entitas yang muncul tiba-tiba, melainkan produk dari malfungsi moral dan manajemen manusia. Dengan kata lain, jika sistem keuangan negara penuh lubang dan rawan disalahgunakan, maka “setan” itu adalah hasil dari kebijakan dan manajemen yang dibentuk oleh para pemegang kekuasaan, termasuk menteri yang memimpin.

Pandangan Islam: Setan dan Sumber Godaannya

Dalam Islam, setan adalah musuh yang harus diwaspadai. Allah berfirman:

“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh.” (QS. Fatir: 6)

Ayat ini menegaskan bahwa setan aktif menggagalkan niat baik manusia, sehingga diperlukan kewaspadaan dan sikap proaktif untuk melawan pengaruhnya. Dalam QS. Al-A’raf: 175–176 dijelaskan bahwa setan menyesatkan manusia melalui hawa nafsu. Nafsu yang tidak terkendali menjadi pintu masuk setan untuk menjerumuskan seseorang.

Allah memberikan perlindungan kepada orang bertaqwa. Dalam QS. Al-Baqarah: 201, ketika orang beriman diganggu setan, mereka segera mengingat Allah dan mendapatkan jalan keluar. QS. Al-Baqarah: 257 juga menegaskan bahwa Allah mengeluarkan orang beriman dari kegelapan menuju cahaya, sehingga setan tidak mampu menguasai mereka.

Setan sebagai Penggoda Pasif dalam Sistem Rusak

Setan sering memanfaatkan kelesuan spiritual dan kelemahan moral manusia. Ia tidak selalu memaksa, tetapi menunggu saat manusia lengah. Ketika sistem pemerintahan atau keuangan dibuat rumit, tidak transparan, dan penuh celah, ruang itu menjadi lahan subur bagi setan—baik dalam arti spiritual maupun perilaku korup yang lahir dari keserakahan.

Oleh karena itu, strategi melawan setan tidak hanya secara pribadi melalui doa, dzikir, dan memahami Al-Qur’an, tetapi juga secara struktural dengan membangun sistem yang transparan, sederhana, dan berpihak pada kebaikan. Pejabat publik memiliki tanggung jawab moral untuk menutup celah-celah tersebut, bukan sekadar menunjuk pihak luar sebagai penyebab masalah.

Kesimpulan

Pernyataan tentang “banyak setan” seharusnya diiringi tindakan nyata memberantas sumbernya. Dalam Islam, setan adalah ujian bagi manusia dan ujian terbesar bagi pemimpin adalah apakah ia mampu memperbaiki sistem yang ia kelola. Sebelum menunjuk ke luar, bercerminlah, karena sering kali setan terbesar justru lahir dari sistem yang kita bangun sendiri.

Share This Article