muslimx.id – Kita baru saja memperingati hari kemerdekaan. Namun apakah keadilan sudah ditegakkan? Bendera berkibar, pemimpin kita pidato berkumandang, pesta kembang api dinyalakan. Namun pertanyaan yang harus kita renungkan mengenai apakah rakyat benar-benar sudah merdeka?
Merdeka bukan sekadar bebas dari penjajahan asing. Merdeka sejati adalah ketika rakyat terbebas dari penindasan, ketidakadilan, dan kesewenang-wenangan para pemimpin. Karena Islam menegaskan, pemimpin bukanlah penguasa yang minta dilayani, melainkan pelayan rakyat.
Dalam Islam: Keadilan adalah Ruh dari Kepemimpinan
Keadilan adalah ruh dari kepemimpinan. Tanpa keadilan, rakyat mungkin merdeka di atas kertas, tapi terjajah di perutnya. Gaji pas-pasan, harga kebutuhan melambung, akses pendidikan mahal, dan hukum yang tumpul ke atas tapi tajam ke bawah.
Itulah penjajahan baru rakyat ditindas bukan oleh bangsa asing, tapi oleh kebijakan yang tidak adil dari pemimpin bangsanya sendiri.
Sejarah Islam mencatat, Khalifah Umar bin Khattab rela berkeliling malam memastikan tidak ada rakyatnya yang kelaparan. Ia tidak tidur tenang ketika ada satu keluarga kekurangan makanan. Itu adalah gambaran pemimpin yang adil, pemimpin yang benar-benar mengerti bahwa kemerdekaan rakyat ada di pundaknya.
Sedangkan di negeri kita, sering kali rakyat hanya dijadikan angka dalam statistik atau penonton di upacara. Padahal kemerdekaan sejati hanya bisa lahir jika pemimpin menegakkan keadilan, menyejahterakan rakyat, dan menjalankan amanah dengan jujur.
Rakyat akan Merdeka Jika Pemimpinnya Menegakkan Hukum dengan Adil
Mari kita ingat kembali bahwa kemerdekaan sejati bukan sekadar slogan dalam pidato, melainkan buah dari keadilan. Rakyat akan benar-benar merdeka jika pemimpinnya menegakkan hukum dengan adil, membagi kesejahteraan dengan bijak, dan menjalankan amanah sebagai pelayan rakyat, bukan tuan atas rakyat.
Kemerdekaan yang kita rayakan setiap Agustus jangan sampai berhenti pada seremonial upacara dan baliho para pejabat. Kemerdekaan sejati harus dirasakan dalam perut rakyat yang kenyang, anak-anak yang bisa sekolah, lapangan kerja yang terbuka, dan hukum yang berlaku sama bagi semua.
Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa pemimpin adalah pelayan rakyat, bukan sebaliknya. Maka jika pemimpin lalai, rakyat yang menanggung derita. Tetapi jika pemimpin adil, keberkahan akan turun dari langit dan bumi, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-A’raf ayat 96:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi…”
Penutup: Doa dan Harapan
Mari kita doakan agar negeri ini diberi pemimpin yang adil, yang takut kepada Allah, yang mendahulukan kepentingan rakyat daripada kepentingan kelompok atau keluarganya. Karena tanpa keadilan, kemerdekaan hanyalah ilusi dan tanpa keberpihakan pada rakyat, pemimpin hanyalah bayangan kosong di balik panggung politik.
Allāhumma waffiq wulātanā wa umarā’anā limā tuḥibbu wa tardhā, waj‘alhum hudātan muhtadīn, lā dhāllīn wa lā mudhillīn.
Ya Allah, bimbinglah para pemimpin kami ke jalan yang Engkau cintai dan ridai. Jadikan mereka pemimpin yang memberi petunjuk, bukan pemimpin yang menjerumuskan.
Rabbana ātinā fid-dunyā ḥasanah, wa fil-ākhirati ḥasanah, wa qinā ‘adzāban-nār. Wa aqimis-shalāh.