10 Dosa Besar Sri Mulyani, Islam Ingatkan Beratnya Amanah Pemimpin

muslimX
By muslimX
3 Min Read

muslimx.id – Perpisahan Sri Mulyani Indrawati dari Kementerian Keuangan pada 9 September 2025 diwarnai tangis haru para pegawai. Namun di luar gedung Kemenkeu, publik justru menilai kepergiannya meninggalkan luka. Ikatan Wajib Pajak Indonesia (IWPI) menyebut ada “10 dosa besar” Sri Mulyani selama masa kepemimpinannya yang dianggap menekan rakyat dan menguntungkan segelintir pihak.

10 Dosa Besar Sri Mulyani

IWPI merangkum sejumlah catatan hitam:

  1. Kemenkeu tidak transparan, akses informasi publik ditutup rapat.
  2. Proyek Coretax bermasalah, triliunan rupiah tersedot tanpa hasil jelas.
  3. Budaya intimidatif di pajak, wajib pajak ditakut-takuti, bukan didampingi.
  4. Aturan jebakan, administrasi rumit jadi alat menghukum rakyat.
  5. Ketidakpastian hukum UMKM, ratusan ribu UMKM jadi korban regulasi abu-abu.
  6. Utang berbunga tinggi, rakyat dipaksa menanggung cicilan mahal.
  7. Penyalahgunaan regulasi, PMK dan SE dipakai menekan wajib pajak.
  8. Dominasi fiskal absolut, kekuasaan keuangan terpusat tanpa kontrol.
  9. Bocornya data wajib pajak, jutaan data pribadi rakyat terancam.
  10. Diskriminasi pajak, rakyat dicekik, korporasi besar dimanjakan.

Pandangan Islam: Pemimpin Adalah Amanah

Dalam Islam, pemimpin yang mengurus harta negara memikul amanah besar. Allah ﷻ berfirman:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil…” (QS. An-Nisa: 58).

Ayat ini menegaskan, amanah kepemimpinan harus diisi dengan keadilan. Menutup transparansi, memberi beban pajak pada rakyat, sementara korporasi dimanjakan, adalah bentuk ketidakadilan yang dilarang agama.

Rasulullah ﷺ pun mengingatkan keras:

“Tidaklah seorang hamba yang Allah jadikan sebagai pemimpin, lalu ia mati dalam keadaan menipu rakyatnya, melainkan Allah akan mengharamkan surga baginya.” (HR. Bukhari & Muslim).

Hadis ini menjelaskan, kebijakan yang menyulitkan rakyat, baik berupa pajak mencekik maupun aturan birokrasi yang menjerat, tergolong menipu rakyat.

Dari Haru ke Ironi

Tangisan pegawai melepas Sri Mulyani dipandang rakyat sebagai ironi. Mereka menangis karena kenyamanan fasilitas, sementara rakyat harus menanggung beban PPN, harga BBM naik, dan tekanan pajak progresif.

Padahal Islam menuntun pemimpin untuk bermanfaat bagi rakyatnya, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad).

Sri Mulyani mungkin dielu-elukan dunia internasional, tetapi rakyat mengingatnya sebagai menteri yang kebijakannya menyisakan luka. Islam menegaskan bahwa amanah pemimpin bukan untuk menyulitkan rakyat, melainkan untuk menegakkan keadilan.

Share This Article