IHSG ‘To The Moon’, Islam Ingatkan: Bursa Boleh Naik, Tapi Jangan Lupa Perut Rakyat yang Lapar

muslimX
By muslimX
3 Min Read

muslimx.id  – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan keyakinannya bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan terus menguat dan bahkan bisa “to the moon”. Ia menyebut kebijakan fiskal dan moneter pemerintah tengah dalam jalur yang tepat.

Namun, dibalik sorak-sorai ruang bursa, ada kesenyapan di dapur rakyat. Kenaikan angka di papan saham tidak selalu diiringi naiknya kesejahteraan masyarakat. Di pasar modal, ekonomi memang terbang tinggi, tetapi di pasar tradisional, rakyat masih harus menimbang harga beras dan minyak dengan penuh cemas.

Fenomena ini menunjukkan jurang yang lebar antara ekonomi makro dan realitas mikro. Dalam bahasa sederhana, ekonomi tumbuh, tapi rakyat belum ikut tumbuh bersama.

Pandangan Islam Ketika Angka Menjadi Berhala Ekonomi

Islam menolak pandangan bahwa keberhasilan hanya diukur dari angka. Dalam banyak ayat, Allah mengingatkan bahwa kemakmuran sejati bukanlah dari harta, melainkan pada keadilan dan keberkahan. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hasyr [59]: 7:

“… supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.”

Ayat ini menegaskan prinsip distribusi yang adil. Apa guna IHSG menembus langit jika rezeki tidak menembus dapur rakyat miskin?

Dalam pandangan Islam, angka ekonomi yang tinggi tanpa keberpihakan sosial hanyalah fatamorgana kesejahteraan tampak indah dari jauh, tapi menipu dari dekat.

Kritik: Ekonomi Tak Boleh Hanya Tumbuh di Grafik

Anggota Majelis Tinggi Partai X, Prayogi R. Saputra, menilai ekonomi sejati bukan hanya tumbuh di grafik, tapi hidup di meja makan rakyat.

Ia mengingatkan, tugas negara itu tiga melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat. Menurutnya, kebijakan ekonomi harus menembus batas statistik, menyentuh kesejahteraan nyata.

“Kalau ekonomi naik di bursa tapi turun di warung, berarti yang dilayani bukan rakyat,” tegas Prayogi.

Ekonomi yang baik seharusnya bukan hanya tumbuh, tapi juga menumbuhkan. Islam mengingatkan bahwa pemimpin adalah pelayan rakyat, bukan penguasa atas rakyat. 

Solusi Islam: Ekonomi untuk Manusia, Bukan Manusia untuk Ekonomi

Beberapa langkah yang bisa diambil antara lain:

  1. Distribusi kekayaan yang adil, melalui zakat, infak, dan wakaf produktif.
  2. Reformasi fiskal berbasis keadilan sosial, bukan sekadar pertumbuhan angka.
  3. Transparansi dan amanah dalam pengelolaan keuangan negara, agar tidak bocor di tangan penguasa.
  4. Pemberdayaan UMKM dan ekonomi rakyat, karena di sanalah denyut ekonomi riil bangsa.

Penutup: Jangan Biarkan Rakyat Jatuh Saat Bursa Melambung

Islam mengingatkan bahwa keadilan sosial bukan efek samping pembangunan, melainkan pondasi utamanya. Rasulullah SAW bersabda dalam HR. Ibnu Majah (2341):

“Tidak beriman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”

Bursa boleh melambung, tapi jangan biarkan rakyat terjatuh. Karena dalam pandangan Islam, keberhasilan ekonomi sejati adalah ketika setiap rumah tangga bisa tersenyum di waktu makan, bukan hanya investor yang tersenyum di ruang bursa.

Ekonomi yang diridhai Allah bukan yang tinggi di angka, tapi yang dalam di makna adil, berkah, dan mensejahterakan semua insan.

Share This Article