muslimx.id – Badan Gizi Nasional (BGN) menurunkan 5.000 chef (juru masak) profesional untuk melatih dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) di seluruh Indonesia. Para chef ini tergabung dalam Indonesian Chef Association (ICA) dan mulai diterjunkan pada Senin, 13 Oktober 2025.
Program ini disebut sebagai langkah menjaga kualitas gizi dan keamanan pangan rakyat. Namun dibalik semangatnya, muncul pertanyaan: apakah program ini sungguh demi rakyat, atau sekadar data dan citra?
Partai X: Dapur Negara Jangan Jadi Dapur Statistik
Direktur X Institute, Prayogi R. Saputra, menilai bahwa program bergizi tidak boleh hanya menjadi proyek pencitraan.
“Kalau MBG hanya disajikan untuk memenuhi laporan, itu artinya negara sedang masak data, bukan cita rakyat,” ujarnya tegas.
Menurutnya, program pangan harus menjadi wujud nyata kehadiran negara di dapur rakyat, bukan sekadar angka di laporan pejabat. Sebab, ketika kebijakan gizi lebih berfokus pada statistik ketimbang rasa keadilan, yang hilang bukan hanya cita rasa, tapi juga nurani pemerintahan.
Pandangan Islam: Amanah dan Keadilan dalam Pangan
Islam menempatkan pangan dan kesejahteraan rakyat sebagai bagian dari amanah pemimpin. Dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum diantara manusia hendaklah kamu menetapkannya dengan adil.” (QS. An-Nisa: 58)
Ayat ini menegaskan bahwa amanah tidak berhenti pada janji, tapi harus diwujudkan dalam keadilan nyata termasuk dalam hal pemberian gizi dan kesejahteraan. Rasulullah ﷺ juga bersabda:
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam konteks ini, pemerintah dan lembaga yang mengelola MBG bukan sekadar “memasak makanan”, tapi sedang memasak tanggung jawab moral terhadap jutaan rakyat . Bila rakyat makan dari data, bukan dari hasil nyata, maka yang lapar bukan hanya perut, tapi juga keadilan sosial bangsa.
Solusi: Dari Dapur ke Hati Rakyat
Partai X menawarkan langkah konkret untuk memastikan program MBG benar-benar menjadi jalan keadilan sosial:
- Pemerintah harus memastikan pemisahan tegas antara kepentingan negara dan kepentingan pemerintahan agar MBG tidak jadi alat kampanye.
- Reformasi digitalisasi data penerima manfaat agar distribusi gizi transparan dan tidak diselewengkan oleh birokrasi lokal.
- Pembangunan dapur MBG harus menjadi wadah pemberdayaan ekonomi lokal, melibatkan petani, nelayan, dan pelaku UMKM pangan di setiap daerah.
Penutup: Gizi yang Adil, Negeri yang Sehat
Islam mengajarkan bahwa kesejahteraan bukan angka di laporan, melainkan rasa syukur dan keadilan yang hidup di tengah rakyat. Program gizi yang dijalankan tanpa kejujuran hanyalah piring kosong tampak penuh, tapi tidak mengenyangkan nilai. Seperti sabda Rasulullah ﷺ:
“Tidak beriman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika pemimpin benar-benar mencintai rakyatnya, maka dapur rakyat bukan sekadar dapur program tapi dapur kasih sayang, keadilan, dan tanggung jawab.