muslimx.id – Ribuan buruh kembali turun ke jalan dalam Apel Kebangsaan di Jababeka, Bekasi, Rabu (15/10). Aksi besar ini bukan sekadar protes, melainkan seruan moral agar negara menunaikan kewajibannya terhadap rakyat pekerja. Para buruh menuntut agar RUU Ketenagakerjaan disusun dengan adil, berpihak pada kesejahteraan, dan tidak tunduk pada kepentingan korporasi besar.
Presiden KSPSI, Andi Gani Nena Wea, menegaskan bahwa perjuangan buruh hari ini adalah bentuk tanggung jawab menjaga keutuhan NKRI. Ia menolak segala bentuk kekerasan dan kerusuhan yang hanya merusak fasilitas publik. “Kami menolak anarkisme, tapi kami juga menolak ketidakadilan,” ujarnya tegas.
Sementara Presiden KSPI Said Iqbal menilai bahwa kebijakan pemerintah seperti kenaikan upah minimum, penghapusan utang UMKM, hingga program makan bergizi gratis, merupakan langkah positif. Namun, ia mengingatkan: “Dukungan kami tidak buta. RUU Ketenagakerjaan harus mengandung keadilan sosial bagi pekerja, bukan hanya angka dan pasal.”
Islam Ingatkan: Pekerja Adalah Saudara, Bukan Alat Produksi
Dalam Islam, kerja adalah ibadah. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Berikanlah upah kepada pekerja sebelum kering keringatnya.” (HR. Ibnu Majah, no. 2443)
Hadis ini menjadi penegasan moral bahwa setiap pekerja memiliki hak yang tidak boleh ditunda, apalagi diabaikan. Ketika buruh menuntut keadilan, mereka tidak sedang melawan negara, tetapi sedang menuntut hak yang Allah sendiri perintahkan untuk dijaga.
Keadilan dalam hubungan kerja bukan sekadar soal gaji, tetapi tentang penghormatan terhadap martabat manusia.
Islam tidak pernah memisahkan ekonomi dari moralitas. Prinsip “al-‘adl wal ihsan” (keadilan dan kebaikan) menjadi dasar dalam hubungan sosial. Pemerintah, majikan, dan pekerja adalah satu ekosistem yang seharusnya saling menopang, bukan saling menindas.
Dalam Surah Al-Hasyr ayat 7, Allah menegaskan:
“Supaya harta itu tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.”
Ayat ini menjadi pengingat keras bahwa kebijakan negara yang adil harus memastikan kesejahteraan menyebar hingga ke buruh, bukan hanya berputar di lingkaran pejabat dan korporasi.
Partai X: Negara Harus Hadir
Anggota Majelis Tinggi Partai X, Rinto Setiyawan, menegaskan bahwa negara memiliki tiga tugas utama: melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat.
“Tugas negara itu bukan hanya membuat aturan, tapi menegakkan keadilan sosial. Buruh adalah wajah sejati rakyat kecil yang menopang ekonomi bangsa,” ujarnya.
Menurutnya, lemahnya sistem pengawasan ketenagakerjaan sampai adanya aksi pekerja adalah bentuk kelalaian moral negara. Banyak perusahaan menekan buruh, menunda upah, bahkan mempermainkan kontrak kerja. Negara yang diam terhadap ketidakadilan berarti sedang ikut menikmati hasil dari penindasan.
Solusi: Ketenagakerjaan Berbasis Ihsan dan Keadilan
Islam menuntut reformasi bukan hanya di kertas hukum, tapi di hati manusia yang mengelola kebijakan. Maka solusi yang Islami dalam kebijakan tenaga kerja harus meliputi:
- Keterlibatan ulama, akademisi, dan buruh dalam perumusan kebijakan agar nilai kemanusiaan tak hilang dalam angka-angka ekonomi.
- Digitalisasi sistem pengawasan tenaga kerja agar tidak ada lagi manipulasi data dan pungli di sektor industri.
- Transparansi upah dan pengawasan independen agar setiap pekerja mendapatkan haknya secara adil.
- Pendidikan moral ketenagakerjaan agar pejabat, pengusaha, dan buruh sama-sama paham bahwa kerja adalah amanah, bukan ladang untuk menipu.
Penutup: Negara Kuat Karena Rakyatnya Bahagia
Keadilan bagi buruh bukan hanya urusan ekonomi, tetapi juga cermin moral sebuah bangsa. Selama keringat pekerja masih diperas tanpa keadilan dan turun untuk aksi, selama itu pula negara kehilangan berkah. Allah berfirman dalam Surah Al-Ma’un ayat 1–3:
“Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.”
Islam mengingatkan, mengabaikan hak rakyat sama dengan mendustakan agama. Maka perjuangan buruh bukan hanya perjuangan ekonomi itu perjuangan moral agar negeri ini kembali pada fitrahnya: adil, beradab, dan penuh rahmat.