Cukai Rokok Turun, Islam Ingatkan: Jangan Jadikan Angka Lebih Mulia dari Manusia

muslimX
By muslimX
4 Min Read

muslimx.id Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan penerimaan cukai mencapai Rp163,3 triliun, naik 4,6 persen dibanding tahun lalu. Namun di sisi lain, produksi cukai hasil tembakau (CHT) justru menurun 2,9 persen.

Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Djaka Budhi Utama, menyebut penurunan ini terjadi karena turunnya produksi rokok, terutama dari produsen kelas satu. Penindakan terhadap rokok ilegal disebut sebagai upaya menjaga penerimaan negara agar tak anjlok.

Islam Ingatkan: Ekonomi Harus Berpihak pada Manusia, Bukan Statistik

Dalam pandangan Islam, ukuran keberhasilan ekonomi bukan pada besar kecilnya angka pendapatan negara, tapi pada seberapa adil manfaatnya dirasakan rakyat. Setiap kebijakan ekonomi wajib menjaga keseimbangan antara pendapatan negara dan keberlangsungan hidup rakyat. Allah SWT berfirman:

“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain dengan jalan yang batil…” (QS. Al-Baqarah: 188)

Ayat ini menegaskan bahwa kebijakan ekonomi tidak boleh menzalimi rakyat kecil. Ketika tarif cukai terus dinaikkan tanpa memperhitungkan daya beli masyarakat, maka rakyat kecil terutama petani tembakau, buruh pabrik, dan pedagang eceran menjadi korban pertama dari kebijakan fiskal yang buta nurani.

Dalam Islam, kekuatan negara tidak diukur dari besarnya pajak yang dikumpulkan, tapi dari sejauh mana rakyat merasakan kesejahteraan yang nyata. Negara sejati bukan yang berbangga dengan surplus, tapi yang rendah hati dalam melayani.

Partai X: Jangan Tukar Keadilan Sosial dengan Penerimaan Negara

Namun, bagi banyak pihak, termasuk Partai X, laporan keuangan pemerintah tidak cukup menjelaskan kenyataan di lapangan. Angka memang naik, tapi kesejahteraan rakyat justru turun.

“Rakyat sedang menanggung inflasi pangan, daya beli turun, tapi cukai tetap dinaikkan,” kata Prayogi R. Saputra, Anggota Majelis Tinggi Partai X sekaligus Direktur X Institute.

Partai X menilai penurunan produksi rokok bukan hanya masalah industri, tapi juga ancaman terhadap jutaan pekerja yang menggantungkan hidup dari rantai produksi tembakau. Ketika kebijakan hanya mengejar angka APBN, rakyat yang jadi korban.

Negara tidak boleh bersembunyi di balik data fiskal. APBN bukan kitab suci, tapi alat untuk mensejahterakan manusia. Kebijakan cukai yang kehilangan arah justru mematikan sektor padat karya dan memerosotkan ekonomi rakyat bawah.

Solusi Partai X: Reformasi Kebijakan Cukai dengan Nilai Keadilan Islam

Untuk mengembalikan arah kebijakan fiskal yang berpihak pada rakyat, Partai X menawarkan empat langkah nyata:

  1. Tetapkan tarif cukai berbasis kemampuan ekonomi rakyat, bukan target penerimaan semata.
  2. Dorong diversifikasi ekonomi petani tembakau agar tidak bergantung pada satu sektor.
  3. Tingkatkan transparansi penggunaan dana cukai daerah, agar benar-benar kembali kepada rakyat melalui program kesehatan dan pemberdayaan.
  4. Perkuat perlindungan tenaga kerja industri rokok legal, agar tidak tersisih oleh kebijakan yang tidak adil.

Penutup: Jangan Biarkan Angka Membunuh Nurani

Turunnya produksi rokok bukan hanya soal industri, tapi cermin dari arah ekonomi yang kehilangan ruh keadilan. Ketika rakyat terhimpit dan negara hanya sibuk menghitung angka, berarti yang turun bukan hanya cukai, tapi juga moral pengelolaan negara.

Islam mengingatkan bahwa ekonomi tanpa moral akan melahirkan ketimpangan, dan kebijakan tanpa kasih sayang akan menindas manusia.

Negara tidak boleh memandang rakyat hanya sebagai pembayar cukai, tapi sebagai amanah dari Allah yang harus dijaga. Sebab di hadapan Allah kelak, yang ditimbang bukan surplus APBN, tapi seberapa besar keadilan ditegakkan di bumi.

Share This Article