MPR Bicara Peran Pemuda, Islam Ingatkan Pemuda dan Perempuan Sebagai  Garda Bangsa yang Mulai Dilupakan

muslimX
By muslimX
4 Min Read

muslimx.id  — Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, menegaskan pentingnya sinergi antara gerakan pemuda dan perempuan sebagai kekuatan moral bangsa. Menurutnya, Oktober menjadi bulan bersejarah bagi Indonesia bulan lahirnya Sumpah Pemuda dan Kongres Perempuan Indonesia dua momentum besar yang membentuk arah bangsa.

“Keduanya mendorong perubahan besar untuk mewujudkan kemerdekaan dan menjaga arah bangsa,” ujar Lestari di Jakarta, Kamis (16/10).

Namun, di tengah gegap gempita peringatan Sumpah Pemuda dan semangat kesetaraan, muncul pertanyaan yang menggelitik nurani: apakah semangat itu masih hidup dalam diri generasi muda, atau hanya tinggal simbol upacara tahunan?

Partai X: Pemuda Harus Diberi Ruang Nyata, Bukan Sekadar Seremoni

Anggota Majelis Tinggi Partai X, Rinto Setiyawan menegaskan bahwa pemuda bukanlah pelengkap seremoni, melainkan garda depan perubahan bangsa.

“Negara punya tiga tugas utama, melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat. Semua itu harus dijalankan dengan nyata,” tegasnya.

Menurut Rinto, pemuda tidak boleh hanya dijadikan objek kebijakan, tapi subjek yang ikut menentukan arah bangsa. Negara harus memberikan akses pendidikan, lapangan kerja, dan ruang partisipasi politik yang setara.

“Kalau negara hanya memuji tanpa memberi kesempatan, itu bukan pemberdayaan, tapi pengabaian,” ujarnya.

Kritik ini bukan tanpa alasan. Di banyak daerah, kebijakan pemuda masih sebatas program formalitas pelatihan tanpa kesinambungan, beasiswa tanpa arah, hingga proyek organisasi tanpa makna. Semuanya tampak hidup di atas kertas, tapi mati dalam praktik.

Pandangan Islam: Pemuda Adalah Amanah, Bukan Ornamen Bangsa

Dalam pandangan Islam, pemuda adalah aset amanah yang harus dijaga, dibina, dan diarahkan. Sejarah membuktikan, kebangkitan Islam selalu dimulai dari generasi muda yang berani berpikir dan berjuang. 

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk.” (QS. Al-Kahfi: 13)

Ayat ini menunjukkan bahwa iman dan keberanian berpikir adalah dua kunci utama kejayaan generasi muda. Pemuda yang hanya sibuk mencari pengakuan sosial, tapi lupa membangun nilai, akan kehilangan arah.

Rasulullah ﷺ juga bersabda:

“Manfaatkanlah lima perkara sebelum datang lima perkara: masa mudamu sebelum datang masa tuamu…” (HR. Al-Hakim)

Hadis ini menjadi pengingat bahwa masa muda bukan waktu bersenang-senang, melainkan fase paling produktif untuk membangun bangsa dan memperjuangkan nilai.

Solusi: Pendidikan dan Ekonomi Berbasis Komunitas

Dalam Islam, pemberdayaan pemuda dan perempuan harus menyentuh dua dimensi ilmu dan amal. Maka, penguatan generasi muda tidak cukup hanya dengan seminar dan lomba, tetapi melalui sistem yang menumbuhkan kemandirian.

  1. Menghidupkan pendidikan karakter dan kewarganegaraan di sekolah dan pesantren agar moral dan intelektualitas tumbuh seimbang.
  2. Membangun pusat pelatihan ekonomi komunitas berbasis syariah, agar pemuda dapat berwirausaha dengan etika dan tanggung jawab sosial.
  3. Mendorong kepemimpinan perempuan dan pemuda dalam pemerintahan desa, organisasi sosial, dan lembaga publik untuk memastikan keberlanjutan nilai kebangsaan.
  4. Menanamkan kesadaran kolektif, bahwa keberhasilan bangsa bukan diukur dari upacara dan slogan, tapi dari keberanian pemuda memikul tanggung jawab moralnya.

Penutup: Kebangkitan Bangsa Dimulai dari Kesadaran Pemuda

Islam menegaskan, kebangkitan bangsa tak akan terjadi tanpa kebangkitan moral pemudanya. Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)

Artinya, perubahan tidak dimulai dari kebijakan pemerintah atau seremoni besar, tetapi dari jiwa-jiwa muda yang jujur, tangguh, dan berkomitmen pada nilai kebenaran.

Pemuda bukan sekadar simbol masa depan, tapi ujian moral hari ini. Jika negara gagal membimbing mereka, maka bangsa kehilangan arah. Dan jika pemuda kehilangan idealismenya, maka kemerdekaan hanya tinggal teks di buku sejarah.

Share This Article