Inisiator Pengadaan Chromebook, Islam Ingatkan: Proyek Boleh Besar, Amanah Jangan Hilang

muslimX
By muslimX
4 Min Read

muslimx.id  – Kasus korupsi pengadaan laptop Chromebook di Kemendikbudristek menyeret banyak nama dan membuka tabir baru tentang siapa sebenarnya penggagas ide proyek tersebut.

Dalam penyidikan Kejaksaan Agung, tim pembela Nadiem Makarim menyebut inisiator awal muncul dari staf khusus menteri melalui rapat internal Mei 2020.

Dari bukti percakapan grup WhatsApp yang diungkap pengacara Tabrani Abby, diketahui bahwa ide awal bukan dari Nadiem langsung, melainkan staf khusus yang belum diungkap identitasnya. Namun hasil kajian yang semula hanya studi perbandingan sistem operasi, berkembang menjadi proyek pengadaan massal senilai triliunan rupiah.

Proyek yang diklaim sebagai upaya digitalisasi pendidikan nasional kini justru berubah menjadi beban hukum dan ekonomi. Beberapa pejabat dan konsultan sudah menjadi tersangka, sementara satu di antaranya, Jurist Tan, dilaporkan melarikan diri ke luar negeri.

Partai X: Negara Tak Boleh Jadi Penonton

Anggota Majelis Tinggi Partai X, Prayogi R. Saputra, menilai kasus chromebook ini mencerminkan lemahnya fungsi negara sebagai pengatur dan pelindung rakyat.

“Tugas negara itu tiga: melindungi rakyat, melayani rakyat, dan mengatur rakyat,” tegas Prayogi.

Menurutnya, proyek digitalisasi seharusnya menjadi sarana kemandirian bangsa, bukan membuka ruang bagi praktik korupsi berjamaah.

“Kalau rakyat hanya jadi objek, sementara pejabat dan vendor yang menikmati hasilnya, itu bentuk pengkhianatan,” tambahnya.

Partai X menegaskan, pemerintah hanyalah bagian kecil dari rakyat yang diberi mandat untuk bekerja, bukan menguasai. Pejabat negara ibarat tenaga kerja rakyat yang digaji untuk mengabdi, bukan memperkaya diri.

Pandangan Islam: Amanah Lebih Berat dari Jabatan

Islam menempatkan jabatan publik sebagai amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Korupsi, manipulasi, atau penyalahgunaan kekuasaan untuk memperkaya diri termasuk khianat terhadap amanah (khiyanah al-amanah), yang sangat dikecam dalam Islam.
Allah ﷻ berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul serta (janganlah) kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfal: 27)

Ayat ini menegaskan bahwa setiap bentuk penyalahgunaan jabatan adalah dosa moral sekaligus pengkhianatan terhadap rakyat.

Islam juga mengajarkan bahwa proyek pembangunan tidak boleh merugikan rakyat, sekalipun dibungkus dengan jargon kemajuan. Maka, proyek besar seperti Chromebook semestinya memperkuat kualitas pendidikan bukan memperkuat rekening pribadi.

Solusi Islam dan Partai X: Reformasi Moral dan Sistemik

Baik Islam maupun prinsip Partai X menekankan moralitas dan transparansi sebagai fondasi negara berkeadilan. Beberapa langkah konkret yang ditawarkan:

  1. Reformasi hukum berbasis kepakaran dan amanah.
    Setiap proyek publik harus dipimpin oleh ahli di bidangnya, bukan oleh kepentingan politik atau jaringan vendor.
  2. Transformasi birokrasi digital yang transparan.
    Semua proses pengadaan wajib terbuka dan dapat diaudit publik secara real-time untuk mencegah manipulasi.
  3. Pendidikan moral berbasis Pancasila dan nilai Islam.
    Aparatur negara harus kembali memahami hakikat melayani, bukan memperkaya diri.
  4. Musyawarah Kenegarawanan Nasional.
    Libatkan tokoh agama, akademisi, budaya, TNI-Polri, dan masyarakat sipil untuk meninjau ulang sistem tata kelola negara agar berpihak kepada rakyat.

Penutup: Pembangunan Tak Boleh Mengorbankan Nurani

Islam mengingatkan bahwa keberhasilan sejati bukan diukur dari jumlah proyek, tapi dari kebersihan niat dan kejujuran pemimpin.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sampai mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka.” (QS. Ar-Ra’d: 11)

Jika proyek pendidikan dijalankan tanpa amanah, maka hasilnya bukan kemajuan, melainkan kerusakan. Partai X menegaskan, negara harus kembali pada jati dirinya bukan penonton, tapi pelindung. Karena bangsa ini tidak akan maju oleh banyaknya laptop, tapi oleh banyaknya pemimpin yang jujur dan rakyat yang dipercaya. 

Share This Article