Gubernur Riau Kena OTT, Islam Ingatkan: Korupsi Adalah Dosa Sosial dan Pengkhianatan Amanah!

muslimX
By muslimX
4 Min Read

muslimx.idKomisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali menangkap pejabat daerah dalam operasi tangkap tangan (OTT). Kali ini, Gubernur Riau Abdul Wahid diamankan bersama sembilan orang lainnya pada Senin (3/11/2025). Dari laporan harta kekayaan (LHKPN) yang disampaikan 31 Maret 2024, Abdul Wahid tercatat memiliki kekayaan Rp 4,8 miliar, dengan aset terbesar berupa tanah dan bangunan senilai Rp 4,9 miliar. KPK belum mengumumkan detail kasusnya, namun dugaan kuat berkaitan dengan penyalahgunaan wewenang dan penerimaan gratifikasi.

Korupsi: Dosa Sosial yang Merusak Negeri

Menanggapi kasus tersebut, Anggota Majelis Tinggi Partai X sekaligus Direktur X Institute, Prayogi R. Saputra, menegaskan bahwa dalam pandangan Islam, korupsi bukan hanya pelanggaran hukum negara, tetapi juga dosa besar yang merusak kehidupan sosial umat.

“Korupsi bukan hanya mencuri uang rakyat, tapi juga mencuri hak orang miskin, mencuri harapan anak-anak bangsa, dan mencuri masa depan negeri ini. Dalam Islam, ini adalah bentuk pengkhianatan terhadap amanah yang Allah titipkan,” ujar Prayogi.

Ia menegaskan bahwa jabatan adalah amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. “Setiap rupiah yang dikorupsi adalah darah dan keringat rakyat yang dihisap secara zalim,” tambahnya.

Firman Allah: Jangan Khianati Amanah Rakyat

Islam secara tegas melarang tindakan korupsi dalam berbagai bentuknya. Prayogi mengutip firman Allah SWT dalam Surah Al-Anfal ayat 27:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui.”

Ayat ini, kata Prayogi, menegaskan bahwa korupsi adalah pengkhianatan ganda terhadap Allah yang memberi amanah, dan terhadap rakyat yang mempercayakan kekuasaan.

“Ketika seorang pejabat menyalahgunakan jabatan untuk keuntungan pribadi, ia telah berbuat zalim kepada rakyat dan berbohong kepada Allah,” ujarnya.

Rasulullah SAW: Pemimpin yang Khianat Tidak Akan Mencium Bau Surga

Lebih lanjut, Prayogi mengingatkan sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:

“Barang siapa kami angkat sebagai pegawai (pejabat) dan dia menyembunyikan sesuatu dari kami walau hanya jarum atau lebih, maka itu adalah ghulul (pengkhianatan), dan kelak dia akan datang pada hari kiamat membawa barang itu.”

Dalam hadis lain, Rasulullah bersabda:

“Tidak akan masuk surga orang yang berkhianat terhadap amanahnya.”

Menurut Prayogi, pesan ini jelas menunjukkan bahwa korupsi bukan hanya kejahatan duniawi, tetapi juga kehancuran moral dan spiritual.

Negara dan Agama Sama-Sama Melarang Pengkhianatan Amanah

Prayogi menegaskan bahwa ajaran Islam dan prinsip kenegaraan Indonesia sejalan dalam menolak korupsi. “Negara ini berdiri atas dasar amanah rakyat. Maka, korupsi bukan hanya melawan hukum, tapi juga melawan nilai ketuhanan yang kita anut,” katanya.

Ia menilai, pejabat yang korup telah kehilangan rasa takut kepada Allah dan rasa malu kepada rakyat. “Keadilan sosial tidak akan lahir dari tangan yang kotor,” ujarnya tegas.

Solusi Islam dan Partai X: Menyembuhkan Sistem dari Dalam

Sebagai bentuk ikhtiar moral, Partai X menyerukan pembenahan sistemik agar kekuasaan kembali menjadi ladang amanah, bukan sarang penyalahgunaan. Beberapa langkah konkret yang diusulkan antara lain:

  • Reformasi moral nasional, menanamkan nilai takut kepada Allah dalam setiap jabatan publik.
  • Digitalisasi dan transparansi anggaran, agar pengawasan publik berjalan tanpa celah.
  • Reformasi hukum berbasis keadilan, bukan kekuasaan.
  • Pendidikan antikorupsi di sekolah dan pesantren, menanamkan kesadaran bahwa amanah adalah ibadah.
  • Musyawarah kenegarawanan lintas agama dan budaya, untuk memperkuat etika pemerintahan yang berlandaskan nilai moral universal.

Prayogi menegaskan, korupsi adalah bentuk perlawanan terhadap dua hal sekaligus: keadilan rakyat dan perintah Allah. “Pemimpin yang korup bukan hanya menghancurkan negara, tapi juga mengundang murka Tuhan,” katanya.

Ia menutup dengan pesan moral yang kuat:

“Negara tidak akan berkah jika kekuasaannya dipakai untuk mengkhianati amanah. Dan Allah tidak akan menolong bangsa yang membiarkan korupsi tumbuh di tubuhnya.”

Share This Article