Derita Palestina bukan hanya kisah penjajahan yang tak kunjung usai. Ini adalah luka kemanusiaan yang terus menganga di hadapan mata dunia. Namun lebih dari itu, bagi umat Islam, Palestina bukan sekadar isu biasa, melainkan amanah suci yang terpatri dalam iman dan sejarah.
Baitul Maqdis, atau yang dikenal juga sebagai Al-Quds, adalah tanah para nabi. Di sana terletak Masjid Al-Aqsha, kiblat pertama umat Islam dan salah satu dari tiga masjid suci yang disebut langsung oleh Rasulullah SAW. Menjaga dan membela tanah ini bukan sekadar solidaritas, tetapi bagian dari keimanan.
Palestina dalam Sejarah Islam
Masjid Al-Aqsha disebut dalam Al-Qur’an:
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjid Al-Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami…” (QS. Al-Isra’: 1)
Ayat ini bukan hanya menegaskan kehormatan tempat, tetapi juga menunjukkan bahwa Al-Aqsha adalah bagian dari identitas spiritual umat Islam. Membela Palestina berarti membela warisan kenabian, membela saksi sejarah perjalanan Isra’ Mi’raj, dan membela umat yang tertindas.
Rasulullah SAW bersabda:
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan menyokong satu sama lain adalah seperti satu tubuh; jika satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan turut merasakannya dengan tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengajarkan bahwa penderitaan saudara seiman, di manapun mereka berada, adalah penderitaan kita juga. Maka membebaskan Palestina bukanlah tugas orang Arab saja, bukan pula urusan politisi semata, tapi tugas kita semua, umat Islam dari Timur hingga Barat.
Bentuk Perjuangan Kita: Dari Doa hingga Aksi
Mungkin tidak semua orang bisa memanggul senjata atau berdiri di garis depan. Namun Islam membuka banyak jalan untuk berjuang:
- Doa dan Qunut Nazilah – Mengangkat tangan dalam sujud kita adalah bentuk solidaritas spiritual yang sangat besar nilainya.
- Dakwah dan Edukasi – Menyuarakan kebenaran tentang Palestina, meluruskan narasi media, dan membela hak-hak rakyat yang ditindas adalah bagian dari jihad intelektual.
- Infak dan Donasi – Islam mengajarkan untuk membantu mereka yang kesulitan. Setiap rupiah yang kita kirimkan bisa menjadi penyambung nyawa bagi mereka yang kehilangan segalanya.
- Tekanan Diplomatik dan Sosial – Mendorong pemerintah untuk bersikap tegas, serta memboikot produk pendukung penjajahan adalah bentuk jihad ekonomi dan politik yang sah.
“Barang siapa yang tidak peduli terhadap urusan kaum Muslimin, maka dia bukan bagian dari mereka.” (HR. Al-Hakim, dinilai hasan)
Mengapa Kita Harus Peduli?
Karena Palestina adalah simbol ketidakadilan global, dan Islam adalah agama keadilan. Karena Masjid Al-Aqsha adalah milik kita semua, bukan hanya sebuah situs sejarah. Karena anak-anak di Gaza yang dibom tanpa ampun adalah saudara kita dalam iman.
Karena diam dalam penindasan adalah bentuk dukungan terhadap kezaliman.
“Tolonglah saudaramu yang zalim maupun yang dizalimi.” Sahabat bertanya, “Bagaimana menolong orang yang zalim?” Rasulullah menjawab: “Engkau cegah dia dari kezaliman, itulah cara menolongnya.” (HR. Bukhari)
Yang terjadi di Palestina bukan perang dua pihak, tapi pertarungan antara penjajahan dan kemerdekaan, antara kezaliman dan keadilan. Islam mengajarkan bahwa menolong yang tertindas dan menentang kebatilan adalah tugas seluruh umat, bukan pilihan.
Membebaskan Palestina adalah tugas kita semua. Entah itu melalui doa, harta, ilmu, waktu, atau suara. Karena selama Al-Aqsha belum merdeka, kita semua masih punya hutang kepada sejarah, kepada umat, dan kepada Allah SWT.