Ditanya Capaian 100 Hari Kerja, Bupati Lumajang: “Anak Sekolah Saja Rapornya Setahun Dua Kali”

muslimX
By muslimX
3 Min Read

muslimx.idSaat ditanya wartawan mengenai capaian program kerja dalam 100 hari masa jabatan, Bupati Lumajang memberikan pernyataan yang mengundang sorotan publik.

“Anak sekolah saja rapornya setahun dua kali, masa bupati baru dilantik sudah minta evaluasi 100 hari kerja?” ucap sang Bupati kepada wartawan dengan nada setengah bercanda namun menyiratkan ketegasan.

Pernyataan ini sontak menimbulkan reaksi beragam. Sebagian publik menilainya sebagai bentuk ketidaksiapan dalam menjelaskan progres kerja, sementara yang lain menilai bahwa evaluasi 100 hari bukan ukuran ideal untuk menilai kepemimpinan, terutama pada masa awal adaptasi.

Sudut Pandang Islam: Pemimpin Harus Siap Dievaluasi dan Terbuka

Dalam Islam, pemimpin adalah amanah yang sangat berat, dan setiap kebijakan atau keputusannya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari & Muslim)

Maka dari itu, pemimpin harus siap dievaluasi kapan pun, bukan hanya setelah setahun atau lima tahun. Tidak ada tempat dalam Islam bagi pemimpin yang alergi kritik atau menunda-nunda transparansi.

Pemimpin yang Tidak Berbenah: Tanda Lemahnya Tanggung Jawab

Salah satu sifat pemimpin yang dicela dalam Islam adalah yang tidak segera memperbaiki keadaan, meski sudah tahu adanya kekurangan atau masalah.

Allah SWT berfirman:

“Dan jangan kamu berbuat kerusakan di muka bumi setelah (Allah) memperbaikinya.” (QS. Al-A’raf: 56)

Ayat ini menekankan bahwa menunda perbaikan atau membiarkan kekacauan adalah bentuk pengkhianatan terhadap amanah. Jika seorang pemimpin menolak untuk segera membenahi, atau bahkan meremehkan evaluasi publik, maka ia telah lalai dalam tanggung jawabnya sebagai pengurus umat.

Kepemimpinan Umar bin Khattab: Evaluasi Tiap Hari

Sebagai contoh, Umar bin Khattab RA, khalifah kedua Islam, dikenal sangat tegas dalam mengevaluasi diri. Ia pernah berkata:

“Seandainya seekor keledai terperosok di jalanan Irak, niscaya aku takut Allah akan menuntutku, karena mengapa aku tidak meratakan jalan itu.”

Pemimpin seperti Umar tidak menunggu 100 hari, setahun, atau periode jabatan habis. Setiap hari adalah momen untuk introspeksi dan memperbaiki kebijakan.

Kepemimpinan Bukan Tempat Nyaman, Tapi Medan Amanah

Pernyataan bahwa “anak sekolah saja rapornya setahun dua kali” mungkin terdengar ringan, namun tidak sejalan dengan semangat kepemimpinan dalam Islam. Umat berhak tahu progres, dan pemimpin wajib menunjukkan kesungguhan sejak hari pertama. Karena dalam Islam:

  • Pemimpin harus transparan
  • Siap dikritik
  • Rajin membenahi
  • Tidak berlindung di balik waktu

Semakin cepat pemimpin berbenah dan bertindak, semakin besar keberkahan yang didapat masyarakat. Sebaliknya, pemimpin yang menunda pembenahan adalah pemimpin yang mengundang kerusakan.

Share This Article