muslimx.id – Seorang ibu kehilangan anak semata wayangnya. Seorang ayah kehilangan pekerjaan di usia senja. Seorang pemuda harus menanggung beban keluarga sejak belia. Dalam hati mereka bertanya, “Mengapa hidup ini begitu berat?”
Pertanyaan itu sering muncul dalam hati kita ketika gelombang cobaan datang bertubi-tubi. Tapi di tengah getirnya rasa sakit, Islam justru memberikan penghiburan paling agung: ujian bukan tanda kebencian Allah, tapi jalan menuju surga.
Ujian adalah Bukti Cinta dan Peninggi Derajat
Allah SWT berfirman:
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, ‘Kami telah beriman,’ dan mereka tidak diuji?” (QS. Al-‘Ankabut: 2)
Ujian adalah bagian dari proses keimanan. Orang-orang yang paling dicintai Allah pun diuji dengan cobaan yang amat berat. Karena sesungguhnya, surga tidak dijanjikan bagi hidup yang mudah, melainkan bagi hati yang teguh dalam ujian.
Kisah Nabi-Nabi yang Diuji Berat oleh Allah
Nabi Ayyub AS: Sabar dalam Derita
Nabi Ayyub diuji dengan penyakit yang melemahkan seluruh tubuhnya dan kehilangan seluruh hartanya serta anak-anaknya. Namun lisannya tidak pernah mengeluh. Ia berkata:
“Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau Tuhan yang Maha Penyayang.” (QS. Al-Anbiya: 83)
Karena kesabarannya, Allah tidak hanya menyembuhkannya, tapi mengembalikan semua kenikmatan dunia, dan mengangkat derajatnya di sisi-Nya. Ia menjadi simbol bahwa sabar dalam ujian adalah pintu kemuliaan.
Nabi Yusuf AS: Difitnah dan Dipenjara
Nabi Yusuf AS adalah contoh ujian dalam bentuk fitnah dan kehilangan kebebasan. Ia dimasukkan ke dalam penjara bukan karena kesalahan, tetapi karena menjaga kehormatan dan taqwa kepada Allah. Allah berfirman:
“Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan sabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Yusuf: 90)
Ujian itu menjadikannya raja dan pemimpin Mesir, membuktikan bahwa jalan menuju puncak sering kali harus melewati lembah kesabaran.
Nabi Muhammad SAW: Ujian Tak Henti Seumur Hidup
Rasulullah SAW diuji dengan kehinaan, cacian, fitnah, perang, kemiskinan, dan kehilangan orang-orang tercinta. Dalam satu tahun, beliau kehilangan istri tercintanya Khadijah dan pamannya Abu Thalib, tahun itu dinamai ‘Aam al-Huzn (Tahun Kesedihan).
Namun beliau tetap bersabar, tetap berdakwah, dan tetap tersenyum. Rasulullah bersabda:
“Orang yang paling berat cobaannya adalah para nabi, kemudian yang seperti mereka dan seterusnya.” (HR. Tirmidzi)
Ujian Bukan Kutukan, Tapi Kehormatan
Ujian bukanlah tanda bahwa Allah menjauh. Sebaliknya, ujian adalah bentuk pemurnian jiwa dan pemantapan keimanan. Seperti emas yang harus dibakar agar murni, demikian pula hati seorang mukmin harus ditempa agar layak masuk surga.
Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah seorang muslim tertimpa keletihan, penyakit, kesedihan, gangguan, bahkan duri yang menusuknya, kecuali Allah akan menghapuskan dosa-dosanya karenanya.” (HR. Bukhari & Muslim)
Bersabarlah, Karena Surga Sedang Menantimu
Hidup di dunia bukan tentang bebas dari ujian, tapi tentang bagaimana menghadapinya dengan iman dan kesabaran. Jangan berpikir Allah meninggalkanmu saat engkau menangis; bisa jadi itulah saat terdekat antara dirimu dengan-Nya.
Jika para nabi, manusia terbaik pilihan Allah, diuji dengan kesedihan, maka ujianmu adalah bukti bahwa Allah sedang mendidik jiwamu untuk surga.
Maka kuatkan hatimu. Bersabarlah. Sebab jalan menuju surga tidak dilapisi karpet merah, tapi dihiasi peluh, air mata, dan keikhlasan.
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 6)