Islam Moderat Jadi Pilar Peneguhan Syariat dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika

muslimX
By muslimX
4 Min Read

muslimx.id — Di tengah dinamika keberagaman Indonesia sebagai negara dengan latar belakang suku, budaya, dan agama yang majemuk, konsep Islam moderat menjadi fondasi penting dalam menjaga harmoni kebangsaan. Islam yang moderat tidak hanya relevan dengan konteks Indonesia yang plural, tapi juga menjadi pilar utama dalam menegakkan syariat dengan cara yang inklusif, damai, dan konstitusional.

Istilah “Islam moderat” dalam konteks ini merujuk pada Islam wasathiyah, yaitu Islam yang berada di jalan tengah tidak ekstrem dalam pemahaman, tidak keras dalam pendekatan, dan tidak liberal dalam penafsiran. Islam seperti inilah yang mampu meneguhkan nilai-nilai syariat dalam kehidupan publik tanpa bertentangan dengan prinsip kebangsaan, khususnya dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.

Islam dan Moderasi: Ajaran Al-Qur’an

Konsep Islam moderat memiliki dasar teologis yang kuat dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman:

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang wasath (pertengahan/adil)…” (QS. Al-Baqarah: 143)

Ayat ini menegaskan bahwa umat Islam ditakdirkan sebagai umat yang seimbang, bukan ekstrem, dan menjadi saksi atas umat-umat lainnya. Dalam konteks kebangsaan, ini berarti Islam mampu menjadi jembatan antara nilai-nilai keimanan dan realitas sosial yang beragam.

Syariat dan Kebangsaan: Bukan Dua Hal yang Bertentangan

Islam tidak menafikan kebangsaan. Justru, dalam banyak aspek, Islam memerintahkan umatnya untuk menjaga keadilan, toleransi, dan tanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan negara.

Rasulullah SAW bersabda:

“Cintailah tanah airmu (wathan), karena mencintai tanah air adalah bagian dari iman.”

(Diriwayatkan secara makna oleh beberapa ulama, meski status hadis ini diperdebatkan, nilai dan maknanya tetap relevan dalam konteks kebangsaan.)

Dalam sejarahnya, Rasulullah SAW juga menegakkan Piagam Madinah konstitusi pertama yang menjamin hak berbagai kelompok agama dan etnis di Madinah sebagai bentuk nyata integrasi syariat dengan tatanan sosial multikultural.

Islam Moderat sebagai Penjaga Kesatuan

Indonesia membutuhkan Islam yang adaptif, bukan kompromistis; yang prinsipil, namun toleran. Islam moderat mengajarkan bahwa:

  1. Syariat bisa ditegakkan tanpa paksaan, sebagaimana firman Allah:

“Tidak ada paksaan dalam (memasuki) agama…” (QS. Al-Baqarah: 256)

  1. Islam menghargai perbedaan, termasuk perbedaan keyakinan dan adat istiadat. Rasulullah SAW bersabda:
    “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)

Ini menunjukkan bahwa tujuan utama syariat adalah mewujudkan kebaikan dan keadaban sosial, bukan sekadar simbol-simbol formal hukum agama.

  1. Toleransi dan kerja sama lintas agama bukan berarti kompromi akidah, tapi bentuk aktualisasi Islam rahmatan lil ‘alamin.

Bhinneka Tunggal Ika dalam Semangat Islam

Semboyan bangsa Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika, bukanlah ancaman bagi keislaman, melainkan ladang dakwah yang luas bagi umat Islam untuk menunjukkan akhlak terbaik dalam kehidupan bernegara. Moderasi Islam menjadi alat penyeimbang antara loyalitas keimanan dan tanggung jawab kebangsaan.

Dalam konteks ini, organisasi keislaman besar seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah sejak lama telah mempraktikkan Islam moderat sebagai jati diri, sekaligus pilar penyangga harmoni sosial dan keutuhan negara.

Kesimpulan: Islam Moderat untuk Indonesia yang Damai dan Bermartabat

Di tengah tantangan radikalisme, intoleransi, dan disinformasi agama, Islam moderat hadir sebagai solusi dan harapan. Ia bukan hanya menjaga keaslian ajaran, tetapi juga menjawab kebutuhan zaman dengan pendekatan yang bijak, berlandaskan kasih sayang, ilmu, dan kematangan politik spiritual.

Peneguhan syariat tidak harus berbenturan dengan ide kebangsaan. Sebaliknya, ia bisa berjalan dalam simfoni yang selaras dengan menjadikan nilai-nilai Islam sebagai kekuatan moral dan etika publik, bukan alat pemecah belah.Dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika, Islam moderat menjadi perekat bangsa, bukan pemisah. Dan di sinilah posisi strategis umat Islam Indonesia sebagai penjaga harmoni dan penebar rahmat bagi seluruh alam.

Share This Article