muslimx.id – Pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang menyebut isu “Indonesia Gelap” sebagai rekayasa dari para koruptor menuai sorotan tajam. Partai X menilai bahwa yang sebenarnya gelap bukan sekadar lampu jalan, melainkan sistem hukum yang tumpul ke atas dan tajam ke bawah. Di tengah publik yang resah terhadap ketimpangan, retorika semacam ini justru memperlihatkan kegagalan untuk melihat akar persoalan: krisis keadilan.
Keadilan Adalah Cahaya, Bukan Dekorasi Kepemimpinan
Dalam Islam, keadilan bukan slogan, tetapi tiang penyangga pemerintahan. Tanpa keadilan, kepemimpinan menjadi kegelapan yang menyesatkan. Allah SWT berfirman:
“Dan jika kamu berkata, hendaklah kamu berlaku adil, walaupun terhadap sanak saudaramu.” (QS. An-Nisa: 135)
Ayat ini menggarisbawahi bahwa keadilan harus ditegakkan, bahkan jika menyentuh orang terdekat sekalipun. Ini adalah prinsip etik yang mestinya menjadi fondasi dalam membangun sistem hukum bukan dibajak oleh kepentingan kekuasaan.
Tanggung Jawab Pemimpin: Menjadi Lentera, Bukan Bayang-Bayang
Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang pemimpin sejati tidak mengalihkan tanggung jawabnya kepada rakyat, apalagi menjadikan kritik sebagai musuh. Tanggung jawab itu mencakup menyucikan hukum dari intervensi, memperkuat lembaga peradilan, dan menjamin keadilan menyentuh seluruh lapisan masyarakat.
Kritik Konstruktif: Bukan Masalah Lampu, Tapi Hati Nurani Hukum
Anggota Majelis Tinggi Partai X, Rinto Setiyawan, menyampaikan bahwa masalah utama bukanlah pencahayaan jalan, tetapi pencahayaan hukum. Menurutnya, gelapnya rasa keadilan di masyarakat bukan fiksi, melainkan buah dari pembiaran terhadap ketidakadilan yang sistematis.
“Keadilan yang tidak ditegakkan adalah pengkhianatan terhadap amanah rakyat. Presiden tidak bisa menyebut kekritisan rakyat sebagai rekayasa. Yang harus dibersihkan adalah sistem hukum yang pincang, bukan suara publik yang resah,” ujar Rinto.
Penutup: Islam Menolak Kepemimpinan yang Buta Hukum
Dalam Islam, keadilan adalah cahaya yang menghidupkan bangsa. Ketika hukum menjadi alat kekuasaan, bukan pelindung rakyat, maka saat itulah lampu-lampu mati, bukan karena kabel, tapi karena keberanian pemimpin padam.
Sudah saatnya menyalakan kembali cahaya keadilan, bukan dengan pidato, tetapi dengan keberanian menegakkan hukum. Hanya dengan itulah Indonesia akan terang bukan karena lampunya, tetapi karena keadilannya.