muslimx.id – Kementerian Perindustrian kembali menggelar Industrial Festival 2025, ajang tahunan yang diklaim mampu mendekatkan dunia industri dengan generasi muda. Acara ini digelar bersamaan dengan Gelar Batik Nusantara dan Halalindo 2025, menampilkan kreativitas anak muda di berbagai bidang.
Namun, Partai X mempertanyakan urgensi acara ini di tengah tingginya angka pengangguran pemuda dan minimnya kebijakan ketenagakerjaan yang inklusif. Bagi mereka, Industrial Festival hanya menjadi kosmetik kegagalan struktural negara dalam menyediakan pekerjaan layak.
Kita Tidak Membutuhkan Panggung, Tapi Pekerjaan yang Layak
Prayogi R. Saputra, Direktur X-Institute dan Majelis Tinggi Partai X, menyampaikan kritik tajam terhadap festival ini.
“Yang dibutuhkan pemuda itu bukan festival, tapi pekerjaan yang adil. Negara terlalu sibuk membuat panggung, tapi lupa membangun fondasi kesejahteraan,” ujar Prayogi.
Ia mengingatkan, dalam Islam, tugas pemerintah bukan sekadar menyenangkan rakyat dengan agenda semu, tapi melayani, melindungi, dan menegakkan keadilan sosial.
Menurut Prayogi, festival ini hanya akan menjadi simbol keberhasilan artifisial yang menari di atas luka ekonomi rakyat.
“Bila kita menjual mimpi lewat panggung, tapi membiarkan pemuda menganggur, maka kita sedang membangun kebohongan kolektif. Ini bukan lagi strategi pembangunan, tapi ilusi sistemik.”
Islam melarang keras tipu daya dalam urusan publik, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Barang siapa menipu kami, maka ia bukan dari golongan kami.” (HR. Muslim)
Islam dan Tanggung Jawab Sosial Negara
Al-Qur’an menegaskan pentingnya keadilan dalam distribusi peluang dan sumber daya. Allah SWT berfirman:
“Dan berikanlah hak kepada kerabatnya, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan…” (QS. Al-Isra: 26)
Dalam konteks ini, hak pemuda atas lapangan kerja yang layak adalah bagian dari hak sosial yang tidak boleh diabaikan. Festival yang bersifat simbolis tidak cukup untuk menjawab masalah riil yang dihadapi jutaan pemuda Indonesia.
Solusi: Industrialisasi yang Berbasis Rakyat
Partai X mengusulkan Program Ketenagakerjaan Inklusif Nasional, sebuah pendekatan pembangunan industri yang berbasis keadilan sosial dan realitas lokal. Beberapa poin penting di antaranya:
- Peta Industri Strategis Lokal, agar pengembangan industri sesuai dengan potensi wilayah.
- Integrasi Kurikulum Vokasi dan Dunia Kerja, yang fokus pada hasil, bukan hanya sertifikat.
- Alihkan Dana Festival ke Pelatihan dan Inkubasi Usaha, untuk hasil nyata di komunitas.
- Berikan Insentif kepada Industri yang Merekrut Pemuda Daerah dan Kelompok Marjinal.
Penutup: Keadilan Bukan Hiburan, Tapi Kebutuhan
Pemerintah tidak boleh menjadikan ajang seremonial sebagai pengganti dari tanggung jawab utama yaitu menyediakan kehidupan yang layak bagi rakyat. Jika program hanya berorientasi pada pencitraan, maka negara sedang mengkhianati mandatnya.
“Bangun masa depan dengan keadilan, bukan dengan festival. Anak muda butuh pekerjaan, bukan sekadar tepuk tangan,” tutup Prayogi.
Islam mengajarkan bahwa pemimpin adalah penggembala, dan setiap gembala akan ditanya tentang apa yang ia pelihara.