Khutbah Jumat Edisi 1 Agustus 2025: Syura Jalan Islam dalam Memutuskan Urusan Umat

muslimX
By muslimX
3 Min Read

muslimx.id – Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya takwa. Takwa yang bukan hanya di lisan, tapi juga merasuk dalam akhlak, dalam kebijakan, dan dalam cara kita memimpin serta dipimpin dengan menjunjung tinggi prinsip syura, musyawarah yang mencerminkan kepemimpinan yang adil, bijaksana, dan kolektif sesuai ajaran Islam.

Takwa itu adalah rasa takut untuk berbuat zalim, rasa malu untuk berlaku curang, dan kerendahan hati untuk mendengar suara orang kecil. Ketika seorang pemimpin memiliki takwa, ia tidak akan menjadikan jabatan sebagai alat untuk menindas, tetapi sebagai amanah yang kelak akan ditanya oleh Allah. Dan ketika rakyat bertakwa, mereka tidak akan segan menasihati pemimpinnya bila menyimpang.

Musyawarah Bukan Hanya Metode Teknis

Hari ini, kita akan merenungkan satu prinsip yang amat luhur dalam ajaran Islam, namun kerap ditinggalkan dalam kehidupan sosial dan politik kita: yaitu prinsip syura musyawarah.

Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Asy-Syura ayat 38:

“…wa amruhum syura bainahum…”

“…dan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka…”

Ayat ini turun bukan untuk dijadikan hiasan dinding. Tapi ia adalah fondasi peradaban. Sebab Islam datang bukan hanya untuk membentuk manusia yang saleh secara individual, tapi juga umat yang adil secara kolektif.

Musyawarah bukan hanya metode teknis. Ia adalah cermin dari penghormatan terhadap akal, martabat, dan amanah rakyat. Ketika keputusan penting diambil hanya oleh segelintir penguasa tanpa mendengar suara rakyat, maka itu bukan syura itu otoritarianisme berkedok demokrasi.

Rasulullah ﷺ sendiri, manusia paling mulia dan ma’shum, tetap bermusyawarah dengan para sahabatnya. Padahal beliau bisa saja langsung memutuskan dengan wahyu. Namun beliau ingin menanamkan adab kepemimpinan: pemimpin sejati adalah yang mendengar sebelum memutuskan.

Setiap Pemimpin Akan Dimintai Pertanggungjawaban

Jika kita hari ini hidup dalam sistem yang mengagungkan simbol, tapi lupa pada partisipasi rakyat maka itu bukan Islam. Bila keputusan diambil hanya karena pencitraan, bukan karena kemaslahatan umat maka kita sedang kehilangan ruh syura.

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang ia pimpin.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka marilah kita semua baik rakyat maupun pejabat kembali meneladani prinsip syura:

  1. Kembalikan keputusan pada keadilan, bukan pada kesepakatan di balik layar.
  2. Libatkan umat, bukan sekadar menjadikan mereka penonton di panggung kekuasaan.
  3. Bangun negeri ini dengan partisipasi, bukan manipulasi.

Penutup Doa dan Harapan

Jika masjid ini adalah rumah Allah yang terbuka untuk semua, maka negara pun seharusnya menjadi rumah keadilan yang mendengar semua. Kita tidak butuh pemimpin yang ramah kamera tapi tuli terhadap suara rakyat.

Ya Allah, jadikan kami umat yang bermusyawarah dalam kebenaran.
Jauhkan kami dari kekuasaan yang zalim dan simbolik.
Bangkitkan generasi yang berani berkata benar di depan penguasa.

Aamiin ya Rabbal ‘Alamin.

Share This Article