Peneror Bom Sekolah Minta Tebusan, Islam Serukan Ciptakan Rasa Aman

muslimX
By muslimX
4 Min Read

muslimx.id  — Publik dikejutkan oleh ancaman bom yang dikirim pelaku misterius melalui pesan WhatsApp dan surat elektronik ke dua sekolah internasional di Tangerang, Banten, pada Selasa (7/10). Dalam pesannya, pelaku meminta uang tebusan sebesar US$30.000 dan mengancam akan meledakkan bom dalam waktu 45 menit jika permintaannya tidak dipenuhi.

“Pesan ini untuk semua orang, kami telah memasang bom di sekolah kalian. Bom mulai dalam 45 menit. Bila kamu tidak membayar kami senilai USD 30.000 ke alamat bitcoin kami,” demikian isi pesan pelaku.

Dua sekolah yang menjadi sasaran adalah Jakarta Nanyang School (Kabupaten Tangerang) dan Mentari International School (Kota Tangerang Selatan). Tim Gegana Polda Metro Jaya dan Polres Tangsel bergerak cepat menyisir lokasi. Hasilnya: tidak ditemukan bahan peledak di kedua sekolah.

Kritik: Ancaman Bom Bisa Ditangani Polisi, Tapi “Bom Ekonomi” Siapa yang Menangani?

Anggota Majelis Tinggi Partai X, Rinto Setiyawan, menilai bahwa ancaman bom ini hanyalah satu dari sekian banyak bentuk teror yang dialami rakyat. Ia menegaskan, di luar ledakan fisik, masyarakat Indonesia setiap hari hidup dalam ketakutan lain harga kebutuhan pokok yang melonjak, ketidakpastian kerja, serta beban ekonomi yang menjerat.

“Ancaman bom mungkin bisa ditangani polisi, tetapi teror kemiskinan dan mahalnya biaya hidup harus ditangani oleh negara,” tegas Rinto.

Ia mengingatkan bahwa tugas negara mencakup melindungi, melayani, dan mengatur rakyat. Ketika negara gagal menjalankan ketiganya, maka rakyat hidup dalam ketakutan yang tidak kalah berbahaya dari bom sungguhan.

Menurutnya, lemahnya sistem deteksi dini negara terlihat jelas bukan hanya dalam hal keamanan fisik, tetapi juga dalam keamanan ekonomi dan sosial. “Negara tidak boleh hanya reaktif pada ancaman bom. Rakyat setiap hari hidup dengan bom ekonomi yang siap meledak di dapur mereka,” ujarnya.

Pandangan Islam: Keamanan Nyata Adalah Terjaganya Jiwa dan Keadilan Sosial

Dalam Islam, keamanan (al-amn) bukan sekadar tidak adanya ledakan, tapi rasa tenang lahir dan batin yang terjamin oleh keadilan dan perlindungan hak. Al-Qur’an menggambarkan negara ideal sebagai negeri yang aman dan penuh berkah:

“(Negerimu adalah) negeri yang aman dan tenteram, datang kepadanya rezeki dari segala penjuru.” (QS. An-Nahl: 112)

Ancaman fisik seperti teror bom memang serius, namun teror ekonomi kemiskinan, pengangguran, harga melambung juga merupakan bentuk kezaliman struktural jika negara abai. 

Solusi: Negara Wajib Hadir Sebagai Penjamin Amanah

Islam mengajarkan bahwa pemerintah hanyalah pelayan (khadim) rakyat, bukan penguasa. Tugasnya bukan sekadar menindak kejahatan, tetapi mencegah, melindungi, dan menjamin kesejahteraan rakyat. Beberapa solusi yang sejalan dengan prinsip Islam antara lain:

  1. Penguatan sistem keamanan dini (early warning system) berbasis kepakaran dan teknologi, sebagaimana Islam mengajarkan pentingnya ihtiyath (antisipasi) terhadap bahaya.
  2. Pemerataan ekonomi dan jaminan sosial, karena ketidakadilan ekonomi dapat menjadi “bom waktu” sosial.
  3. Transparansi dan akuntabilitas pemerintah melalui digitalisasi birokrasi yang aman dan terbuka, sebagaimana prinsip hisbah dalam Islam yang mengawasi kekuasaan.
  4. Musyawarah kebangsaan lintas elemen, melibatkan ulama, cendekiawan, aparat keamanan, dan masyarakat, untuk merumuskan kembali arah negara agar kedaulatan berpihak kepada rakyat, bukan pada penguasa.

Penutup: Islam Ingatkan, Aman Itu Bukan Sekadar Tidak Meledak

Keamanan sejati dalam pandangan Islam bukan hanya bebas dari bom, tetapi rasa aman terhadap masa depan, pendidikan, rezeki, dan keadilan. Negara yang gagal memberi rasa aman ekonomi sama bahayanya dengan negara yang gagal melindungi dari teror fisik.

“(Allah berfirman) Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah), yang telah memberi mereka makan untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.” (QS. Quraisy: 3–4)

Ayat ini menunjukkan bahwa dua pilar utama negara adalah: pangan (ekonomi) dan keamanan. Jika salah satunya rapuh, maka rakyat akan terus hidup dalam bayang-bayang “bom” entah berupa ledakan fisik atau krisis hidup yang menyesakkan.

Share This Article